Editorial

Kesesatan-kesesatan dalam Pacaran

Iustrasi @twitter
Iustrasi @twitter

Ada yang berdalih bahwa pacaran merupakan tahap perkenalan menuju pernikahan. Padahal faktanya, banyak sekali penyimpangan dalam proses pacaran itu sendiri. Sementara Islam sudah mengatur dengan sangat baik tentang proses perkenalan sebelum seseorang memutuskan untuk menikah yang disebut dengan ta’aruf.

Kesesatan pacaran diperparah dengan adanya ritual-ritual pemuasan nafsu atas nama cinta. Akibatnya, banyak pelaku pacaran yang harus mengubur bayinya sebab hamil sebelum menikah, digrebek petugas saat lakukan aksi bejatnya, ataupun kerusakan masyarakat sebab menjalarnya penyakit menular karena pergaulan bebas. Kesemuanya itu, di antara pintu utamanya adalah apa yang disebut dengan nama pacaran.

Jika ditilik dari sudut pandang Islam, pacaran lebih dari sekadar urusan duniawi dengan seabrek akibat buruknya, tetapi ada akibat buruk yang harus ditanggung oleh pelakunya, kelak di akhirat.

Mereka yang berpacaran, biasanya lebih memerhatikan pacarnya dibanding perhatinnya kepada keluarga. Padahal, perhatian kepada keluarga jelas lebih utama dan mendatangkan pahala. Selain itu, kehidupan seseorang memanglah ditanggung dan dicukupi kebutuhannya oleh keluarganya, bukan oleh pacarnya. Jika pun sang pacar memberikan sesuatu, paling hanya pakaian, make up, ataupun pemberian remeh yang dibungkus kalimat, “Jangan lihat bentuknya, tapi saksikan ketulusanku.” Memangnya sejak kapan ketulusan bisa disaksikan?

Karena hal ini pula, seorang pacar hampir mengetahui kehidupan pacarnya dari bangun tidur hingga tidur kembali, kecuali perselingkuhan sang pacar kepada pacarnya yang lain. Akibat parahnya, bahkan mereka yang pacaran tidak sempat mengetahui keadaan anggota keluarganya; orang tua, paman, bibi, kakak, maupun adik dan juga tetangganya.

Ironisnya, saat sang pacar sakit atau terkena musibah, ia yang mengaku sebagai pacarnya tak serta-merta datang sebab banyak dalih. Mulai sibuk kerja, tidak tahu, belum sempat, atau alasan lain. Dan, saat itu, keluarga dan tetangga terdekatlah yang ada di sampingnya. Jika sudah begini, apa tidak malu?

Ketika hendak bertemu dengan pacarnya, mereka yang berpacaran akan memberikan penampilan terbaiknya. Baik itu baju, rok, wewangian, maupun make up dan sebagainya. Padahal, ketika bertemu Allah Ta’ala dalam shalat, ia tak berdandan serapih, sebersih dan sesopan itu.

Akibatnya, yang nampak di mata buta pacarnya adalah kebaikan semata. Padahal, penampilan itu tidak ada dalam diri pacarnya saat baru bangun tidur, ketika malas mandi, dan saat mengorok atau keluar air liurnya dalam nyenyaknya tidur. Belum lagi dalam keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan fisik seseorang nampak kotor, jorok, dan sebagainya.

Konyolnya, dengan gombal mereka akan merayu pacarnya, “Aku akan mencintaimu dalam setiap kondisi; pun dengan air liur, bau keringat ataupun kentutmu.” Duh, jika ada yang punya pacar begini, silakan rekam atau catat dan buktikan kebenarannya dua tahun selepas menikah, jika kalian berjodoh.

Yang paling parah adalah wanita yang terjerumus dalam lubang zina. Mulanya bisa dari sering jalan berdua, mojok, mulai memegang tangan, merayakan hari jadi berdua, menyandarkan kepala di pundak saat bepergian, hingga terjadi hubungan layaknya suami istri. Na’udzubillah…

Kelak ketika kejadian, sang lelaki akan berpura-pura, bahkan bisa balik memfitnah wanita yang menjadi pacarnya. Lalu, mereka menjauh dengan dalih hendak bertaubat, memperbaiki diri, dan tak mau kembali dalam kejahiliyahannya.

Tak sanggup rasanya diri ini melanjutkan tulisan ini. Cukuplah akhiri dengan doa, “Semoga Allah Ta’ala menjaga diri, keluarga dan kaum muslimin dari buruknya fitnah dan zina. Aamiin.” [Pirman]

2 Comments

  • ngatijah 1 Maret 2015

    Wallahhi , mimpi itu benar2 petunjuk dr Allah

  • dede 1 Maret 2015

    assalamualaikum…
    saya ingin bertanya, saya mempunyai laki2 dan kita sudah bertunangan namun terlihat keganjalan dg calon suami saya sepertinya ada yg disembunyikan dan calon suami saya jadi sering berbohong sejak saat itu saya jadi ragu untuk melanjutkan hubungan lebih jauh lagi. apalagi saat saya meminta untuk menikahi saya secepatnya namun dia belum bisa dengan alasan belum mapan dan belum mempunyai rumah sendiri. apa yg harus saya lakukan ? apakah bisa dengan shalat istikharoh bisa melihat dia jodoh saya apa bukan ? tolong dijawab kebimbangan hati saya.

Comments are closed.