Pernikahan

Kisah Cinta Hasan Al Banna, Bermula dari Tilawah Lathifah

Di balik laki-laki hebat selalu ada perempuan hebat. Jika selama ini dunia Islam mengenal Hasan Al Banna sebagai sosok fenomenal, keberhasilan dakwahnya tak lepas dari peran istri tercinta. Lathifah Husain Ash Shuli. Dialah yang meneduhkan Hasan Al Banna ketika lelah dan penat mengiringi aktifitas dakwah yang padat. Dialah yang membuat Hasan Al Banna tenang ke medan juang sebab ia mendidik putra-putrinya sebaik Hasan Al Banna mentarbiyah kader dakwah.

Hasan Al Banna menikahi Lathifah pada 27 Ramadhan tahun 1932 Masehi. Pernikahan itu bermula dari tilawah Lathifah.

Suatu hari ketika tinggal di Ismailiyah, ibunda Hasan Al Banna berkunjung ke rumah salah satu keluarga Ash Shuli. Di sana, ia mendengar lantunan tilawah Al Qur’an. Suaranya merdu, menyentuh kalbu.

“Suara siapakah yang sedang membaca Al Qur’an ini?” tanyanya kepada keluarga Ash Shuli.
“Itu suara Lathifah, putri kami” jawab keluarga Ash Shuli.
“Bolehkah aku bertemu dengannya?” pinta Ibunda Hasan Al Banna. Ia tidak mampu menyembunyikan ketertarikannya pada gadis muslimah yang suaranya memancarkan keakraban dengan Al Qur’an.

Setelah diajak masuk dan bertemu Lathifah, ibunda Hasan Al Banna sangat gembira. Di depannya berdiri seorang gadis muslimah yang wajahnya memancarkan aura keimanan dan rajin ibadah. Akhlaknya juga menawan.

Sepulang dari rumah keluarga Ash Shuli, ibunda Hasan Al Banna menyampaikan isi hatinya kepada Abdurrahman, suaminya. Ia ingin Hasan Al Banna menikah dengan Lathifah. Sang ayah setuju. Dan Hasan Al Banna pun tsiqah kepada kedua orang tuanya. Ia yakin kedua orang tuanya memilihkan gadis terbaik untuknya. Sebab ayahnya adalah seorang ulama. Pun ibunya adalah wanita yang selalu mendahulukan pertimbangan syariat di atas segalanya.

Bagi Hasan Al Banna, jika seorang gadis muslimah dekat dengan Al Qur’an, maka ia sudah cukup. Jika seorang gadis muslimah memiliki akhlakul karimah, maka ia sudah cukup. Maka sebelum bertemu dengan Lathifah, Hasan Al Banna telah menyetujui keinginan ibunya.

Tak lama kemudian mereka datang melamar Lathifah. Keluarga Ash Shuli menyambut lamaran itu dengan rasa syukur dan bahagia. Tiga pekan berikutnya akad nikah dilangsungkan, bertepatan dengan peringatan Nuzulul Quran di sana. [Muchlisin BK/keluargacinta.com]

9 Comments

  • S. Mahmudah 10 Maret 2015

    inspiring woman

  • Miftha Syahzami 11 Maret 2015

    Subhanallah 🙂

  • Abu Fatih 11 Maret 2015

    Semoga bisa meneladani

  • fitri 12 Maret 2015

    Subhanallah…

  • ma'rifatun nafsi 13 Maret 2015

    semoga bisa jadi wanita Qurani pula…
    amin..

  • DellaneiraThalib 4 April 2015

    Insya Allah bisa meneladaninnya

  • Ferry Yansyah 28 Mei 2015

    Bungkus… Hhe 🙂

  • Febri yunita fitri 21 Januari 2016

    Subhanallah… cinta karna Allah…

    • Milad 14 Februari 2016

      I’m not requesting it, in fact, far from it….just honlidg you to your own words.Also, to show the hypocrisy of it all. Committing to something that you have no intention to fulfill. Only good at highlighting the shortcomings of others, without offering any viable solution.Now you hide behind word symantics, which comes naturally to you. What was the word again that pple use to describe you? something that starts with ‘m’and end with ‘k’? ‘insulin’

Comments are closed.