Ada yang mengatakan bahwa pernikahan tak ubahnya undian. Tiada satu pun yang menjamin bahwa pernikahan seseorang akan mendapatkan bahagia dan keberkahan. Faktanya, banyak sekali pernikahan yang berujung pada keributan, masalah, kerusakan, hingga berakhir dengan perceraian yang akibat buruknya dirasakan oleh seluruh pihak.
Di antaranya sebabnya, seorang muslimah atau para wali tidak melakukan seleksi terhadap laki-laki yang datang melamar. Asal diterima. Bisa karena kebodohan, tertipu bawaan lahir berupa tampan, kaya, dan jabatan, atau sebab lain sehingga tidak melihat hal lain yang lebih esensial.
Padahal, Islam telah memberikan petunjuk yang amat jelas dalam hal ini. Selain memberikan kriteria-kriteria yang dianjurkan untuk dijadikan suami, Islam juga menyebutkan ciri-ciri laki-laki yang tak layak diterima lamarannya, apalagi dipilih sebagai yang utama untuk dijadikan suami.
“Bila suami ternyata suka melakukan maksiat,” tulis Drs Muhammad Thalib dalam Menuju Pernikahan Islami, “dia tidak layak untuk dijadikan kepala keluarga.”
“Sebab,” lanjutnya menjelaskan, “dia sendiri tidak dapat memelihara diri dari perbuatan yang menjerumuskannya ke dalam neraka, padahal suami bertanggung jawab menyelamatkan diri dan keluarganya dari siksa neraka.”
Laki-laki inilah yang tak layak dipilih. Alih-alih mengajak keluarganya ke surga, dia justru menjadi sebab bagi diri dan seluruh keluarganya hingga masuk ke dalam neraka yang menyala siksanya.
Berhati-hatilah sebelum memutuskan untuk menerima lamaran. Telitilah dengan cermat. Bertanyalah kepada keluarga, tetangga, dan sahabat-sahabat dekatnya. Apalagi, perbuatan maksiat merupakan candu. Jika sekali dikerjakan, ianya akan terus dilakukan hingga menjadi kebiasaan.
“Para perempuan,” masih menurut penjelasan Drs Muhammad Thalib, “seharusnya benar-benar memperoleh keyakinan bahwa calon suaminya merupakan orang yang tidak suka, bahkan sangat membenci perbuatan maksiat.”
Di tahap ini, ada pendapat yang umum beredar. “Terima aja. Diubah setelah menikah.” Sekilas, pendapat ini seperti sebuah kebenaran. Padahal, di dalamnya ada ancaman bahaya yang sangat besar.
“Bukti-bukti yang menunjukkan keberhasilan mengubah pasangan yang suka berbuat maksiat menjadi orang yang shalih sangatlah kecil. Bahkan yang sering terjadi, justru sebaliknya; orang yang semula shalih ikut terseret untuk berbuat maksiat.”
Maka, ikutilah petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Lakukan musyawarah kepada keluarga, kerjakan istikharah; meminta petunjuk kepada Allah Ta’ala. Jangan lupa untuk meluruskan niat sebelum, ketika, dan setelah menikah. Niatkan untuk ibadah; karena Allah Ta’ala dan menjalankan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]