Rumah Tangga

Larangan Rasulullah yang Sering Dilanggar Suami saat Jima’

Siapa yang menghidupkan sunnah, maka dia termasuk orang yang mencintai Nabi. Dan tiadalah balasan bagi pecinta Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, kecuali bersama dengannya di surga. Sunnah Nabi amat banyak jenisnya. Bahkan, dalam jima’ pun terdapat sunnah Nabi.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam memotivasi umatnya untuk menikah demi menjaga pandangan dan kesucian diri. Setelah menikah, seseorang bisa memenuhi kebutuhan biologisnya dengan halal, berkah, dan terhormat.

Sayangnya, banyak kaum Muslimin yang asal menikah dan lebih banyak lagi yang asal-asalan saat mendatangi istrinya. Padahal, jima’ merupakan ibadah unggulan yang disebut sebagai cicipan nikmat surga. Di dalamnya ada nikmat fisik, kejernihan pikiran, dan ketenangan hati.

Oleh karena minimnya ilmu dan kerdilnya semangat untuk belajar terkait jima’ pula, banyak yang justru melanggar apa yang dianjurkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam yang mulia.

Di antaranya sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dalam hadits riwayat Imam al-Haitsami dan Imam Abu Ya’la dari sahabat mulia Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu.

“Apabila salah seorang di antara kalian mendatangi (jima’ dengan) istrinya, maka hendaknya berlaku jujur. Jika ia mengakhiri hubungan sebelum istri terpenuhi kebutuhannya, maka JANGAN terburu-buru mengakhiri sampai istri terpenuhi hajatnya.”

Lihatlah! Inilah di antara panduan jima’ yang jarang dihiraukan oleh para laki-laki berpredikat suami. Mereka hanya mendatangi istrinya saat butuh, lantas segera menuntaskan tanpa memperhatikan kondisi istrinya.

Mereka ingin segera dilayani dan menuntaskan desakan kebutuhannya, tapi luput memperhatikan istri dan pencapaian kebutuhannya dalam hal ini.

Alhasil, sebagaimana disebutkan dalam beberapa penelitian terakhir, ada lebih dari 70% istri yang tidak tercukupi kebutuhan jima’nya. Efek lainnya, kehidupan rumah tangga pun terancam jika hal ini dibiarkan tanpa solusi.

Hendaknya para suami bersikap bijak. Besrakan perasaan istri jauh-jauh waktu sebelum mendatangi. Kirimkan kalimat-kalimat yang membuat perasaan dan hatinya berbunga. Ajak bicara santai, dengarkan kisahnya, dan seterusnya.

Berikan juga respons-respons fisik seperti pegangan dan lain sebagainya.

Sebab bagi wanita akan menjadi sangat mudah jika perasaannya nyaman. Pun sebaliknya, dia akan dingin bahkan terkesan menolak ketika perasaannya tidak nyaman.

Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]

2 Comments

  • Tom 3 Agustus 2016

    Bahas yang berbobot donk, jangan jima aja yang diposting

  • Alexander 4 Agustus 2016

    Bagus bahasannya, klo ada yg pengen bahasan yg lain yg lebih berbobot bisa cari postingan lain, masih banyak banget .. Islam itu sangat luas bahasannya, jima’ itu hanya secuil z , seperti setetes air di Samudra ..

Comments are closed.