Rumah Tangga

Nasihat Ulama yang Sering Diselisihi Para Istri

Keluarga yang dipenuhi dengan ketenngan (sakinah), cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah) adalah impian semua orang, bukan hanya kaum Muslimin. Bukan mudah untuk menggapainya. Dibutuhkan ilmu dan perjuangan yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Guna mendapatkan ilmu tentang rumah tangga idaman sebagaimana digambarkan di dalam al-Qur’an al-Karim dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, nasihat ulama amatlah diperlukan. Ulama sebagai pewaris Nabi menduduki derajat yang tinggi dan mulia serta otoritas tak tergantikan dalam menyampaikan nasihat agar rumah tangga bukan hanya bahagia di dunia, tetapi juga mengantarkan anggotanya menuju surga.

Imam Ibnul Jauzi, seorang ulama kenamaan yang produktif menulis kitab, menyampaikan nasihat yang sangat berharga kepada para istri agar suaminya bahagia dan rumah tangganya dipenuhi keberkahan. Nasihat agung ini sebagaimana dituturkan oleh sang imam dalam kitab monumentalnya, Shaidul Khatir.

“Seorang istri tidak disarankan menjauhi suaminya terlalu jauh hingga ia melupakannya, atau mendekatinya terlalu dekat hingga ia bosan padanya.”

Aturlah jarak terhadap pasangan dengan sebaik-baiknya pengaturan. Mendekatlah di saat-saat terbaik. Dan berjaraklah tatkala ada hal-hal negatif yang terbit di dalam diri sebagai manusia biasa.

“(Jangan) memperlihatkan cela-celanya yang tersembunyi, atau memberinya bau yang tak sedap, atau melakukan tindakan-tindakan yang tak akan pernah dilakukan oleh wanita-wanita cerdas.”

Wanita cerdas, menurut Imam Ibnul Jauzi, ialah para istri yang memahami kecenderungan diri dan kesukaan suaminya serta memahami hal-hal yang tidak disukai suami secara umum atau khusus.

Sehingga, istri-istri yang cerdas itu memahami kapan waktunya untuk bertemu. Bagaimana sikap terbaik untuk melayani suaminya. Bahkan tidak malu-malu untuk memancing hingga suaminya berminat dan tidak akan berpaling kepada wanita lain yang tidak halal di luar rumahnya.

Jika hal-hal ini tidak diperhatikan oleh para istri dengan cermat, maka kemungkinan terburuknya adalah berpalingnya suami kepada wanita lain. Suami tidak cukup dengan dirinya, karena ia tidak berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menawan hati dan pikiran suaminya.

Nasihat bernas ini banyak dilupakan. Banyak wanita yang bodoh. Banyak istri yang tidak peduli. Bahkan, sadar atau tidak, tak terhitung jumlah istri masa kini yang meninggalkan dan menyelisihi nasihat ini. Bagaimana dengan Anda, para istri? Apakah istri Anda berlaku demikian, wahai para suami? [Keluargacinta/Pirman]