Kehidupan setelah pernikahan sangat dinamis. Ada begitu banyak perubahan yang berjalan dengan cepat. Jika terlambat dalam memberikan respons, maka bahtera rumah tangga terancam terlempar dari rel yang semestinya dijalani. Apalagi, jika pemimpin dan penumpangnya tidak memiliki bekal yang cukup dalam menjalani episode ini.
Masalah dalam rumah tangga akan muncul seiring bertambahnya usia pernikahan. Setelah masa perkenalan yang berjalan empat bulan, masing-masing pasangan akan mengetahui keburukan yang ada pada pasangannya. Di tahap ini, mereka masih saling memaklumi dalam naungan cinta yang baru tumbuh. Sehingga, yang terkesan buruk masih dimaklumi dan diniatkan untuk diperbaiki.
Seiring bertambahnya bilangan masa, saat masing-masing individu tidak menunjukkan progress yang berkesinambungan terkait perbaikan diri, kecenderungan manusiawi pun akan timbul. Bentuknya, bisa menyalahkan atau keputus-asaan dari masing-masing pasangan sebab pasangannya dinilai tidak bersungguh-sungguh untuk menjadi lebih baik.
Di tahap ini, masalah akan semakin rumit jika kehidupan keuangan belum membaik-belum memiliki gambaran usaha dan pemasukan yang jelas-, ditambah dengan belum atau sudah lahirnya anak, pengaruh keluarga masing-masing pasangan, dan lain sebagainya.
Ketika masalah menumpuk itulah, manusia memiliki kecenderungan mengeluh, putus asa, dan menyalahkan takdir. Ketika berlangsung dalam masa yang lama, masing-masing anggota rumah tangga pun akan menganggap bahwa janji Allah bagi mereka yang menikah adalah palsu.
Selanjutnya, masalah bisa membinasakan para penumpang sebelum akhirnya menghempaskan kapal bernama rumah tangga itu. Lantas, bagaimana solusinya?
Kedekatan kepada Allah Ta’ala. Itulah kuncinya. Ia berbentuk niat di awal pernikahan, dan terus diperbarui seiring berjalannya masa dengan nama komitmen.
Ketika masing-masing penumpang di rumah tangga tersebut dekat dengan Allah Ta’ala, sepelik apa pun persoalannya, mereka akan dengan mudah meminta tolong kepada-Nya, lalu Dia menurunkan Pertolonagn-Nya. Orang-orang yang dekat dengan Allah Ta’ala memiliki kekuatan ruhani yang mantap hingga mudah memperbarui komitmen, kekuatan pikiran yang membuat mereka mudah mencari jalan keluar, dan kekuatan fisik yang prima sehingga kuat dengan segala jenis ujian hidup.
Sebaliknya, saat rumah tangga yang dijalani berada dalam bahagia, sedikit ujian, dan dilimpahi kenikmatan, rumah tangga yang penghuninya dekat dengan Allah Ta’ala akan menjalaninya dengan syukur, rendah hati, dan senantiasa berharap turunnya berkah dari Allah Ta’ala.
Maka, dekatkan diri, istri, anak-anak, dan keluargamu kepada Allah Ta’ala. Dialah sebaik-baik Pelindung dan Pembela. [Pirman/Keluargacinta]