Inspirasi

Perkara Penting Ini Sering Dilupakan saat Memilih Pasangan Hidup

Dalam dzikir akbar rutin di masjid az-Zikra Sentul Bogor Jawa Barat, Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham mengisahkan proses pernikahan pertamanya. Sebelum akhirnya memutuskan menikah dengan Wahyuni, dai asal Banjarmasin ini pernah melakukan taaruf dengan akhwat lain.

Ketika itu, Kiyai Arifin langsung menelpon ibunya. Menyampaikan niat untuk menikah, lalu menceritakan calon pasangan hidupnya. Meski belum bertemu dengan calon menantunya, ibunda Kiyai Arifin langsung menyampaikan ketidakcocokannya.

“Arifin menghentikan proses,” tutur dai yang kerap mengenakan pakaian serbaputih ini, “karena Mamak tidak setuju.” Lanjut sosok yang kini memiliki dua istri ini, “Mustahil Arifin memilih orang yang baru dikenal dengan menolak pendapat ibunda yang telah mengandung, melahirkan, dan merawat Arifin hingga dewasa.”

Setelah itu, Kiyai Arifin bermimpi bertemu dengan sesosok akhwat lain. Wahyuni. Mimpi yang didapati setelah shalat Istikharah itu pun disampaikan kepada ibunda. Qadarullah, sang ibunda mendukung. Padahal sama-sama belum melihat sebagaimana akhwat yang pertama.

Karena persetujuan ibunda itulah, pemimpin Majlis az-Zikra ini melanjutkan proses hingga menikah. “Jika Mamak Arifin tidak mendukung, mustahil Arifin melanjutkan niat menikah dengannya.”

Inilah hal penting itu. Inilah proses yang kini dikhianati oleh sebagian kita yang mengaku gaul dan modern. Ada begitu banyak orang yang melanggar kaidah ini, padahal dampaknya amat signifikan dalam mempengaruhi bahagia dan berkahnya rumah tangga yang kelak dijalani.

Restu orang tua. Terutama ridha ibu. Apakah kita sudah bertanya dengan sepenuh hati kepada ibunda tentang sosok yang akan kita nikahi atau akan menikahi kita? Sudahkan kita meminta penjelasan atas penerimaan atau penolakannya?

Bahkan, ada begitu banyak oknum yang menjalin hubungan pacaran meski melanggar perintah orang tua, lalu orang tuanya ‘dipaksa’ menyetujui pacarnya untuk menjadi pasangan hidupnya itu. Mereka tak sedikit pun meminta pertimbangan dari orang tuanya. Seakan-akan, orang tuanya tidak bermakna hingga tak perlu dimintai saran atau nasihat.

Padahal, hal ini amat penting. Langkah ini amat krusial. Jangan diabaikan. Apalagi, orang tua selalu memiliki feeling yang tepat karena telah mengandung, melahirkan, dan membesarkan Anda.

Duduklah berdua dengannya. Bicarakan dengan hati-hati, dari hati ke hati. Mintalah kejujurannya. Sebab, ridhanya adalah satu tiket yang harus dimiliki untuk menunjang bahagia dan berkah di dalam rumah tangga yang akan dijalani.

Percayalah, orang tua yang baik pasti memiliki cita-cita yang lebih agung untuk anaknya di banding cita-cita anaknya sendiri.

Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]

1 Comment

  • che 19 Desember 2015

    bgmna jika kita pny ortu yg tdk baik yg cnderung memakai standar hawa nafsu duniawi?

Comments are closed.