Pernikahan

Persiapan Keuangan Sebelum Pernikahan

Banyak sekali yang menunda menikah karena alasan uang. Baik yang logis atau dibuat-buat. Bukan hanya masing-masing calon pengantin, orang tua pun berperan menggagalkan sebuah pernikahan jika soalan uang ini tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.

Lalu, bagaimana sebenarnya? Pentingkah soalan uang ini untuk disiapkan sebelum memasuki episode baru bernama rumah tangga? Jika demikian, berapa nilai minimalnya?

Menikah memang membutuhkan biaya. Tapi, biaya bukanlah segala-galanya dalam pernikahan. Bukankah tidak sedikit orang yang sudah kaya, pekerjaan mapan, dan berasal dari keturunan berharta tapi tak kunjung menikah juga?

Sebaliknya, mereka yang berasal dari kalangan menengah ke bawah, yang makan saja susah, malah sudah lebih dulu menikah. Bahkan, ada begitu banyak yang berhasil menikah tanpa mengeluarkan modal sebab dimodali keluarga, sahabat, atau mengikuti pernikahan massal yang diselenggarakan di banyak tempat.

Setelah primanya ruhani dan cemerlangnya ilmu, persoalan keuangan ini akan menjadi soal yang mudah dipecahkan. Hanya diperlukan keberanian untuk mempraktikkan pengetahuan yang kita dapatkan di dua langkah sebelumnya.

Kaitannya dengan ruhani yang prima, ekstrimnya begini, “Saya menikah karena Allah. Mungkinkah Dia membiarkan saya memasuki gerbang pernikahan ini tanpa modal uang?” Bukankah amat mudah bagi Allah Ta’ala untuk memberikan modal sebanyak-banyaknya jika niat seseorang untuk menikah benar-benar tulus karena-Nya?

Sedangkan peran ilmu, ada pada bidang usaha yang bisa kita jadikan alternatif untuk mengumpulkan modal menikah. Bahwa rezeki bisa diupayakan dan jumlahnya pun bisa seiring dengan ilmu yang dikuasai. Konsepnya, “Jika seseorang piawai mengupayakan banyak sebab, maka akan semakin banyak hasil yang diraup.”

Nah, barulah kita membicarakan modal awal. Lagi-lagi, ini kembali kepada siapa yang akan menjadi pelaku utama dalam pernikahan yang diharapkan. Beranikah ia mendatangi orang tua calon istri dengan berkata gagah, “Pak, saya ingin menikahi anak bapak. Izinkan saya membuktikan.”

Setelah itu, buktikan dengan kerja yang ikhlas, cerdas, dan keras.

Persoalannya, banyak laki-laki yang merasa tak mampu mengumpulkan biaya, tapi gaya hidupnya mengkhawatirkan; malas bekerja, hobi nongkrong di kafe, menghabiskan waktu untuk nonton konser atau film, nge-game online dan selancar tanpa makna, bahkan ada yang suka merokok dan menenggak minuman keras serta main wanita dengan gonta-ganti pacar.

Ketika seorang laki-laki berani mendatangi orang tuanya dengan gagah dan meminta baik-baik, yakinilah bahwa Allah Ta’ala akan memudahkan langkah yang telah direncanakan. Bukankah amat mudah bagi-Nya untuk menggerakkan hati seluruh makhluk untuk memberikan pekerjaan kepadanya, mengajaknya berbisnis, atau pintu-pintu lain yang menjadi sarana mengumpulkan pundi-pundi rezeki?

Yang penting dicatat, jangan mempersulit diri. Modal minimal hanya untuk biaya surat menyurat, mahar, dan keperluan walimah. Gak usah mewah. Karena berkah lebih penting. Tak perlu juga berniat gengsi. Sebab setelah menikah, Anda berdua lebih membutuhkan uang untuk melanjutkan bahtera rumah tangga. [Pirman/Keluargacinta]