Kemarin, Anda telah resmi menjadi seorang suami. Anda telah menambah tanggung jawab. Ada satu orang anak manusia yang lembut hatinya, sejak kemarin, resmi menjadikan Anda sebagai imam dalam mengarungi hidup di dunia ini. Wanita shalihah itu juga resmi menjadi makmum, murid, sekaligus pasangan dalam beramal, saling bersaing untuk menjadi yang terbaik.
Sejak kemarin pula, Anda resmi menjadi seorang menantu. Anda memiliki orang tua baru, ialah orang tua pasangan yang wajib Anda orang tua-kan. Ia tak ubahnya orang tua kandung dalam hal kewajiban dan hak.
Lantas, malam tadi, Anda telah resmi menjadi seorang laki-laki sejati setelah melaksanakan tugas dengan sempurna. Memberikan kebutuhan biologis untuk diri dan pasangan. Ibadah kemesraan yang diganjari banyak pahala, tak ubahnya bersedekah. Ibadah yang menyenangkan, mampu menundukkan keganasan nafsu, dan menenteramkan jiwa.
Lantaran lembur dan kelelahan itu pula, Anda mengantuk setelah Subuh berjamaah di masjid. Benar-benar mengantuk, tapi Anda berusaha menahannya. Kala itu, Anda menempati rumah baru, masih menumpang di kediaman mertua. Ada canggung, malu, dan rasa tak biasa lainnya, meski menenangkan.
Lantaran tak kuasa menahan kantuk, Anda pun tertidur ketika mentari mulai menghangat. Sekitar jam delapan atau sembilan pagi. Anda dan pasangan, hari itu kembali menutup pintu kamar. Berniat tidur karena lelah.
Namun, sebelum mata benar-benar terpejam, saat kesadaran masih beberapa persen, terdengar suara mertua. “Dasar ayam! Pemalas! Jam segini masih ngantuk!” Ketika Anda mulai membangunkan pasangan, suara mertua sempurna dengan kalimat pamungkasnya, “Mentari sudah tinggi, masih saja tidur! Ayam sayur! Pemalas!”
Jika Anda sebagai menantu, dan mertua Anda benar-benar menyampaikan kalimat serupa di atas, bagaimana perasaannya? Langsung tersinggung? Konfirmasi dulu dengan melihat keluar rumah, halaman depan, dan mencari kandang ayam? Atau menyimpan bara dendam di hari pertama sebagai suami dan menantu?
Sebaiknya, jangan gegabah. Jangan mudah menerima informasi tanpa melakukan konfirmasi. Sebab dampaknya akan sangat berbahaya, utamanya bagi kelangsungan kehidupan pernikahan Anda.
Pasalnya, mertua dalam kisah di atas benar-benar menyampaikan kalimat tersebut untuk ayamnya yang sakit dalam beberapa hari terakhir. Itu kalimat murni, bukan sindirian. Kalimat itu bukan ditujukan untuk Anda sebagai menantu, tetapi untuk ayam piarannya yang memang sayur dan pemalas.
Waspadai hal-hal ringan semacam ini. Jangan sampai Anda mengalaminya di awal menjalani kehidupan rumah tangga. Sebab jika hal ini benar-benar terjadi, Anda akan sukar mendapatkan bahagia dan berkah dalam hidup bersama pasangan.
Wallahu a’lam. [Pirman/keluargacinta]