Bagaimana menghadirkan anak seperti Nabi Ismail ‘alaihis salam? Ayah Bunda perlu belajar dari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Bunda Hajar. Ini 10 Rahasia Parenting Nabi Ibrahim.
Ayah Bunda yang baik hatinya… setiap orangtua pasti ingin memiliki anak seperti Nabi Ismail ‘alaihis salam. Yang shalih, patuh pada orangtua dan penuh karakter mulia. Bayangkan, di usianya yang masih 13 tahun, ia merelakan nyawanya demi menjalankan perintah Allah.
Kalau anak sekarang, usia 13 tahun itu baru mulai SMP. Banyak yang masih labil, banyak yang masih manja, banyak yang masih belum mampu mengambil tanggung jawab. Ismail sungguh luar biasa.
Dalam Al Qur’an, Ismail dipuji Allah dengan delapan karakter:
- Shalih
- Sangat santun
- Penyabar
- Menepati janji
- Memelihara shalat
- Memerintahkan keluarga menjaga shalat
- Menyerukan keluarga untuk beribadah
- Berdakwah
Bunda ingin kan punya anak seperti itu? Pasti ya.
Lalu bagaimana cara kita menghadirkan anak-anak seperti Ismail? Mungkin ada rasa skeptis, beliau kan Nabi. Mana bisa kita mencontohnya? Memang tidak bisa menyamainya persis. Tapi bukankah Allah memerintahkan kita untuk meneladani Nabi?
Kalaupun tidak persis Nabi Ismail, kita berharap anak-anak kita bisa menjadi Ismail zaman now. Anak-anak yang memiliki karakter seperti beliau.
Bagaimana caranya? Kita perlu belajar dari orangtua Ismail yang tidak lain adalah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Bunda Hajar. Di antaranya melalui 10 rahasia parenting Nabi Ibrahim.
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا
Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. (QS. Maryam: 41)
Kita mulai dari Nabi Ibrahim…
Di Al Qur’an, nama Ibrahim disebutkan dalam 56 ayat. Bahkan ada satu surat yang dinamakan dengan Surat Ibrahim.
Dari 100 lebih ayat tentang Nabi Ibrahim dan hadits-hadits tentang beliau, tercatat ada 15 karakter utama beliau. Yang terkait erat dengan rahasia parenting ada 10.
Berikut ini 10 rahasia parenting Nabi Ibrahim:
1. Berdoa minta anak shalih sejak sebelum punya anak
Jauh-jauh hari sebelum punya anak, Nabi Ibrahim sudah berdoa meminta anak shalih. Doa ini perlu kita amalkan, khususnya yang ingin diberi Allah anak yang shalih.
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang sholih (QS. Ash Shaffat: 100)
Ini rahasia parenting Nabi Ibrahim yang pertama.
2. Memilih pasangan yang baik
Parenting itu sesungguhnya dimulai sejak memilih pasangan. Maka jika ingin anak yang shalih, pilihlah suami yang shalih, pilihlah istri yang shalihah.
Istri Nabi Ibrahim adalah wanita-wanita shalihah lagi mulia. Sarah, istri pertama beliau, adalah putri Raja Haran. Sejak sebelum bertemu Ibrahim ia telah mencela penyembahan berhala. Sedangkan Hajar yang nantinya melahirkan Ismail juga wanita berakhlak mulia, hadiah dari Raja Mesir sebagai pelayan Ibrahim dan kemudian atas permintaan Sarah dinikahi beliau.
Bagi yang belum menikah, pilihlah calon suami yang shalih, calon istri yang shalihah.
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
Perempuan yang keji adalah untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji pula. Perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik pula. (QS. An Nur: 26)
Jika para Bunda sudah menikah, ya tidak perlu cari calon suami sholih. Kalaupun suaminya kurang sholih, doakan semoga menjadi lebih sholih.
Baca juga: Shalat Istikharah Jodoh
3. Orientasi masa depan anak
Rahasia parenting Nabi Ibrahim yang ketiga adalah beliau memiliki orientasi masa depan anak yang sangat kuat.
John Calvin Thomas, seorang kolumnis AS, terkenal dengan quote-nya: “Politisi memikirkan pemilu yang akan datang, negarawan memikirkan generasi yang akan datang.”
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam lebih hebat daripada negarawan. Karena beliau memikirkan generasi yang akan datang ketika Allah menjamin dirinya sebagai pemimpin sejarah.
وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim” (QS. Al-Baqarah: 124)
Kita bagaimana Bunda? Kadang nggak masih sibuk ingin karir kita naik, bisnis kita lancar, uang kita banyak. Sampai akhirnya tidak sempat memikirkan anak-anak. Sampai kadang anak-anak memprotes: “Ayah Bunda sibuk terus!”
Betapa banyak orangtua yang menyesal di masa tuanya karena ia terlalu sibuk dengan urusan dunianya lalu mendapati anaknya sudah nggak hormat sama dia, anak nggak taat sama dia, anak terpengaruh pergaulan bebas, narkoba… Na’udzu billah…
4. Menanamkan aqidah
Aqidah adalah pondasi. Pondasi karakter anak, pondasi keyakinannya, pondasi pola pikirnya, pondasi segalanya. Jika aqidah selamat (salimul aqidah), orangtua boleh lebih tenang. Separuh tugasnya telah selesai. Sebab imanlah yang menjadi kunci utama masuk surga.
Aqidah ini menjadi prioritas utama Nabi Ibrahim dalam mendidik putra-putranya.
وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam” (QS. Al-Baqarah: 132)
Bagaimana dengan kita Bunda? Kadang kita abai ya dalam masalah aqidah. Menganggapnya kurang penting. Menanamkan aqidah ini merupakan rahasia parenting Nabi Ibrahim yang keempat.
5. Menjadikan Kitab dan Hikmah sebagai panduan parenting
Rahasia parenting Nabi Ibrahim berikutnya adalah, Allah menganugerahi Nabi Ibrahim dengan kitab dan hikmah. Dengan panduan keduanya, ia mendidik Ismail dan Ishaq.
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَىٰ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۖ فَقَدْ آتَيْنَا آلَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا
ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (QS. An-Nisa’: 54)
Jika kita ingin anak kita menjadi Ismail Zaman Now, kita harus lebih dekat dengan Al Quran dan hadits, yang dalam beberapa ayat disebut sebagai hikmah. Dari dua sumber utama itulah kita mengambil panduan.
Ilmu parenting modern bagus, mengambil ilmu dari Barat boleh, tapi jangan bertentangan dengan Al Quran. Misalkan ada teori “tidak boleh mengatakan ‘jangan’ kepada anak”. Mungkin dalam sebagian hal bisa diterapkan. Namun jika mutlak tidak boleh mengatakan “jangan” maka ia bertentangan dengan Al Quran yang mengajarkan bagaimana Luqman mendidik anaknya dengan mengatakan Ya bunayya laa tusyrik billah, wahai anakku jangan menyekutukan Allah.
6. Lembut Hati dan Penyantun
Rahasia parenting Nabi Ibrahim keenam, beliau disifati Allah dengan awwaahun haliim (sangat lembut hati lagi penyantun).
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. At-Taubah: 114)
Dua karakter ini sangat dibutuhkan orangtua dalam mendidik anak-anak. Lembutlah pada anak-anak. Penuh kasih sayang. Tidak kasar, tidak membentak, tidak menghardik.
7. Menjadi Teladan bagi Anak-Anak
Ibrahim mencontohkan, untuk bisa menghadirkan anak sekualitas Ismail, orangtua harus memberikan teladan kepada anak-anaknya.
Satu keteladanan lebih berpengaruh bagi anak daripada 1000 kata-kata. Coba perhatikan ayah yang menyuruh anaknya sholat di masjid tapi dia sendiri tidak pergi ke masjid. Apakah anak mau? Seringnya malah membantah.
Tapi kalau orangtua sudah rapi, sudah wudhu, siap ke masjid, tanpa disuruh pun anak tertarik untuk ikut ke masjid.
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan) (QS. An-Nahl: 120)
8. Segera kembali kepada Allah
Rahasia parenting Nabi Ibrahim kedelapan adalah segera kembali kepada Allah.
Sekali lagi Allah menegaskan bahwa Ibrahim itu sangat lembut dan penyantun dalam Surat Hud.
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ
Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. (QS. Hud: 75)
Dalam ayat ini ditambah satu karakter lagi; suka kembali kepada Allah.
Kita sebagai orangtua, kadang khilaf dalam mendidik anak-anak. Segera kembali kepada Allah. Kadang kita terlalu menggantungkan diri pada kemampuan dan ilmu kita, ayo kembali kepada Allah. Kadang kita terlalu membanggakan diri saat anak-anak berprestasi, ayo kembali kepada Allah. Kadang kita merasa hampir putus asa saat anak-anak tidak sesuai dengan keinginan kita, ayo kembali kepada Allah.
9. Mentradisikan diaog dan mengajak anak musyawarah
Meskipun Nabi Ibrahim tahu bahwa perintah menyembelih Ismail itu dari Allah dan harus ditaati, beliau tetap mengajak anak dialog. Meminta pendapatnya.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS. Ash-Shaffat: 102)
Kadang kita suka memaksakan pendapat ke anak nggak Bunda? Kadang terlontar “Kamu harus masuk sekolah ini ya” atau “Kamu harus pilih ekskul ini ya”. Kita perlu membiasakan dialog dengan anak. Agar tahu isi hati anak, agar ia paham dan agar ia bahagia. Sungguh berbeda patuh pada orangtua karena paham dengan patuh karena terpaksa.
10. Selalu menyertai anak dengan doa
Apa bedanya dengan doa pada poin pertama? Doa pada poin pertama itu perlu dipanjatkan sejak sebelum punya anak. Ia juga bersifat umum dan doanya pendek.
Cukupkah doa begitu? Tidak. Doa untuk anak harus terus menerus, sejak ia kecil hingga ia dewasa.
Dan inilah rahasianya mengapa Nabi Ibrahim yang demikian jauh terpisah jarak dari Ismail, belau berdua tetap memiliki hubungan hati. Ketika Ibrahim datang, Ismail tidak meragukan keshalihan ayahnya. Mengapa? Karena Nabi Ibrahim terus mendoakannya.
Doa Nabi Ibrahim untuk anaknya ini luar biasa panjang. Sebagiannya diabadikan Al Quran dalam surat Ibrahim ayat 35-41, hampir satu halaman mushaf. Padahal biasanya, doa para Nabi itu pendek-pendek. Doa Nabi Adam saat bertaubat setelah diturunkan ke bumi hanya satu baris. Doa Nabi Yunus saat ditelan ikan hanya satu baris. Namun doa Nabi Ibrahim untuk anaknya hampir satu halaman mushaf.
Sudahkah kita mendoakan anak-anak kita dengan doa yang sungguh-sungguh, khusyu’ dalam munajat yang panjang?
Baca juga: Cara Nabi Mendidik Anak
Lalu bagaimana dengan Bunda Hajar? Bunda Hajar juga memiliki kebaikan-kebaikan seperti suaminya. Mulai dari keyakinannya kepada Allah dan kekuatan tawakkalnya ketika ditinggalkan di Makkah berdua dengan bayi Ismail, sampai ketaatannya kepada Allah.
Peran besar Hajar adalah mendidik Ismail ketika terpisah jarak dari Ibrahim sesuai prinsip parenting Ibrahim tersebut. Ditambah menceritakan kebaikan-kebaikan Ibrahim pada Ismail sehingga meskipun tidak melihat langsung, Ismail bisa memvisualisasikan ayahnya yang luar biasa sehingga cinta dan hormat kepada beliau. Ia juga selalu merindukan ayahnya sehingga ketika pulang, disambutnya dengan penuh cinta dan penghormatan.
Demikian 10 Rahasia Parenting Nabi Ibrahim, juga bagaimana rahasia parenting Bunda Hajar. Semoga bermanfaat dan bisa kita amalkan sehingga hadirlah Ismail Zaman Now di tengah-tengah keluarga dan masyarakat kita. [Ummi Liha/KeluargaCinta]