Featured Pernikahan

Rumah Tangga Tanpa Ranjang?

Sekilas saja, wanita ini bisa menarik pandangan dan hati laki-laki normal yang melihatnya. Sebuah keindahan yang diberikan oleh Allah Ta’ala melekat dalam dirinya, apalagi ketika mengenakan pakaian iman yang menjulur, membungkus seluruh bagian tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangannya.

Namun, tiada yang menyangka bahwa wanita ini mendapati ujian yang tidak ringan. Meski suaminya normal dan tampan serta gagah, tapi kecantikan si wanita seakan tak mempan di depan suaminya. “Saya lupa,” tuturnya sampaikan kisah yang kami riwayatkan dari pihak kedua, “kapan terakhir kali suami menyentuh saya.”

Dalam hitungan jenak, setelah mengaku tidak lagi berpelukan, berciuman, dan interaksi suami-istri lainnya, dia memungkasi, “Sekitar lima tahun yang lalu. Itu terakhir kalinya suami melakukan kewajiban biologisnya kepada saya.”

Selama itu pula, si wanita berupaya melakukan banyak rayuan hingga berinisiatif untuk memberikan sentuhan dan interaksi lain yang mengantarkan pada menu utama. “Saya putus asa. Semuanya gagal. Sampai-sampai saya malu dan trauma.” akunya. Sedih.

Dahulu, Umar bin Khaththab pernah menyampaikan sebuah kalimat yang agung. Beliau menuturkan, seringkali ‘memaksa’ diri untuk berhubungan dengan istrinya demi lahirnya keturunan yang meninggikan kalimat Allah Ta’ala di muka bumi ini.

Beliau juga memberikan batasan waktu bagi pasukannya yang berada di medan jihad. Pasukan-pasukannya tidak boleh bertugas lebih dari enam bulan, sebab selama itulah seorang wanita bisa bertahan untuk tidak disentuh oleh suaminya.

Apa yang dialami oleh si wanita dalam awal tulisan ini dialami pula oleh wanita-wanita lain di banyak lokasi. Ada begitu banyak oknum yang disebut pengecut sebab tidak berlaku kestaria terhadap istrinya. Apalagi dia mampu, sehat, dan tidak memiliki alasan syar’i untuk tidak menyentuh istrinya.

Hendaklah seorang laki-laki bersikap jantan. Jika memang tak mau lagi karena bosan, segera saja ceraikan. Jangan biarkan si wanita berada dalam galau dan kegersangan jiwa lantaran hubungan suami-istri menduduki peran yang penting dalam menjaga kesucian diri dan ketenangan jiwa seorang wanita dan laki-laki.

Mirisnya lagi, banyak pula wanita yang bersikap demikian.  Mereka berdalih banyak hal agar tidak berhubungan dengan suaminya. Konyolnya, banyak di antara mereka yang berdalih, “Malas mandi.” Innalillahi…

Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]