Pernikahan

Sikap Istri yang Paling Menyenangkan bagi Suami

Setelah menikah, ada begitu banyak ilmu yang harus diamalkan guna menggapai rumah tangga sakinah, mawaddah, dan rahmah. Suami dan istri harus memahami kewajibannya masing-masing hingga tidak ada pihak yang dizalimi. Jika masing-masing pihak sibuk melakukan kewajibannya, maka hak masing-masing anggota pun akan terpenuhi dengan baik, tanpa ada yang meminta, menagih, ataupun menuntut.

Dalam sebuah kesempatan, seorang suami sedang berbincang santai dengan istri dan anak-anaknya. Nuansa senja yang masuk melalui celah-celah pintu, jendela, dan ventilasi menambah hangatnya perbincangan antar anak manusia yang diikat dengan sebuah kata bermakna komitmen. Asyik. Seru. Penuh canda dan tawa. Bahagia.

Meski asyik berbincang, sang istri senantiasa waspada dengan perjalanan waktu di hari itu. Ia yang sibuk menyediakan dan menawarkan hidangan diskusi ini, sesekali melirik jam yang terpasang manis tepat di tengah dinding ruang tamu.

Ketika masanya tiba, dengan perkiraan yang amat akurat, sang istri menyela dengan amat santun, mengingatkan suaminya. “Mas, apa sebaiknya tidak siap-siap dulu? Sekitar 15 menit lagi masuk waktu shalat.”

Sang suami yang masih terlibat diskusi membahagiakan dengan anaknya pun melirik jam dinding, lalu segera sepakat dengan menganggukkan kepala. Ritmis. Ia berlalu menuju kamar mandi, bersih-bersih badan, dan bersiap ganti pakaian.

Saat sang suami berada di dalam kamar mandi, sang istri gegas menuju kamar. Mengambil pakaian terbaik kesukaan suami yang sudah rapi dengan setrika dan pewangi. Diambil dengan hati-hati, lalu diletakkan di ujung tempat tidur mereka. Ia juga memosisikan diri dengan sebaik mungkin di kamar sembari menunggu kedatangan suaminya.

Sang anak sudah menuju kamarnya. Menunggu antrian kamar mandi.

Tak lama setelah itu, suaminya kelar membersihkan badan. Masuk ke kamar. Ganti baju. Demi melihat perlengkapan shalat yang rapi di sudut ranjang dan istrinya yang sigap melayani, hati laki-laki ini gerimis. Bahagia tak tergambarkan.

Dengan pasrah, ia mengikuti permintaan  istrinya yang bersikukuh mengenakan pakaian di badannya. Sang suami menikmati tiap jenak yang melambat sembari merasakan hangat aroma badan, segar raut muka, dan kelembutan sentuhan tangan istrinya.

Ketahuilah, para istri. Membahagiakan suami bukanlah soalan yang sukar. Menyenangkan suami menjadi pekerjaan yang mudah. Tiada yang sulit, selama ada ketulusan. Cukup memaksimalkan taat, dan melakukan amalan-amalan di atas, atau yang sejenisnya.

Percayalah, ketulusan akan membuahkan hasil. Jika pun tidak di dunia, pahala di surga sudah menanti kehadiranmu. Insya Allah.

Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]