Suami kadang bersikap seenaknya sendiri. Padahal, di dalam rumah tangga, pola kerjanya adalah saling; saling melakukan kewajiban hingga tidak ada yang terzalimi. Karenanya, seharusnya ada kesepahaman yang jelas terkait hal ini. Agar rumah tangga yang dijalani benar-benar bisa menuntun seluruh anggotanya hingga mendarat di surga dengan selamat.
Tersebutlah seorang suami yang berkata kepada istrinya, “Mah, bikinin kopi ya?”
Sang istri yang tengah menyuapi anak pertama dan keduanya pun menjawab, “Bentar ya, Pah. Masih nyuapin anak-anak.”
Berselang menit, si papah menunggu dengan santai sembari memainkan ponsel canggih di tangannya. Menikmati. Sesekali terlihat senyumnya menyeringai, serta memutar musik dengan agak kencang.
Entah karena tak sabar atau ada alasan lain, si papah pun berteriak, “Mah, mana nih?”
Sebab pekerjaannya belum kelar, si istri pun menjawab, “Iya, Pah. Bentar. Udah tahu juga Mamah lagi ngapain.”
Beruntungnya, si papah tidak merasa terusik kelelakiannya dan melanjutkan ritualnya ditambah dengan menggerak-gerakkan anggota badannya menikmati alunan musik.
Apakah menyedu kopi teramat sukar dikerjakan oleh seorang laki-laki bernama suami?
Di lokasi lain, kondisinya lebih parah. Sebab merasa lelah seharian, si suami marah-marah ketika melihat kondisi rumah berantakan. Anak-anak rewel, rumah bagai kapal pecah, sang istri pun lebih mirip dengan pembantu sebab belum sempat membersihkan badan.
Terdorong oleh stres di perjalanan, persoalan kantor yang menuntut solusi segera, dan aneka persoalan rumah tangga yang belum terselesaikan dengan baik, si suami pun mengumpat. Kesal. “Di rumah seharian ngapain aja sih?”
Saat itu, semua laki-laki berjuluk suami memiliki dua opsi yang sama-sama bisa dikerjakan. Mengesampingkan lelah kemudian membantu istri semampunya, atau mengumpat kesal bak raja yang minta dilayani.
“Mah, kopinya mana nih?”
“Mah, sudah masak atau belum?”
“Mah, makanannya mana? Kok gak segera disajikan?”
“Mah, ngapain aja sih seharian? Kok rumah berantakan?”
Dan banyak ungkapan-ungkapan lain yang bernada menghakimi. Padahal, pekerjaan rumah tidak semudah yang ada di dalam pikiran sang suami dan membutuhkan masa yang panjang untuk mengelarkannya.
Di tahap ini, banyak sekali suami yang bersikap rewel, manja, dan ngeselin. Bahkan, saking konyolnya, mereka jauh lebih rewel di banding si bayi yang bisa diam sesaat setelah ditenangkan. Sedangkan terhadap suami tipe ini, tuntutannya banyak nan merepotkan.
Padahal, kalau istrinya gak ada, suami-suami jenis ini akan merasa sangat kehilangan. Kasihan. [Pirman/Keluargacinta]
1 Comment
Comments are closed.