Pernikahan

Suami yang Rugikan Urusan Akhirat Istrinya

Salah satu kriteria suami idaman adalah memiliki semangat perbaikan yang kuat. Sungguh-sungguh dalam melakukan kebaikan, dan bergegas menangkal berbagai keburukan di sekitar dirinya. Semangat perbaikan yang dimulai dari diri sendiri, lalu ditularkan ke orang-orang sekitarnya.

Bentuk semangat perbaikan dalam diri seseorang yang paling utama dan nyata adalah kesungguhannya dalam mempertahankan Islam dari serangan musuh. Dalam waktu bersamaan, ia juga mengerahkan seluruh kemampuannya untuk melakukan dakwah; menyebarkan Islam ke sebanyak mungkin manusia di dunia ini.

Hal inilah yang harus diperhatikan oleh seorang Muslimah dalam mencari pasangan hidup. Sebab, jika menikah dengan laki-laki Muslim yang tidak memiliki semangat perbaikan dan kecil hasratnya terhadap mempertahankan agamanya, maka Muslimah tersebut akan berada dalam kepimimpinan laki-laki yang lambat-laun akan terpengaruh dengan keburukannya.

“Seorang Musimah,” tutur Drs Muhammad Thalib, “tidak boleh memilih suami dari laki-laki yang tidak memiliki semangat jihad. Karena suami seperti ini pasti hanya akan merugikan kepentingan akhiratnya.”

“Dengan sikap suami yang tidak peduli dengan jihad,” lanjut Drs Muhammad Thalib dalam Menuju Pernikahan Islami, “seorang Muslimah akan terjerumus ke neraka karena tidak berjuang menegakkan syiar Islam dalam kehidupannya di dunia.”

Inilah di antara tujuan menikah yang sudah sering dilupakan sehingga jarang didapati dalam pasangan rumah tangga kaum Muslimin. Menikah hanya dilihat dari proses alami setelah kelahiran dan sebelum kematian. Padahal, tujuan ini amatlah penting untuk diamalkan oleh setiap rumah tangga kaum Muslimin yang mendambakan surga.

Semangat perbaikan dan jihad ini harus senantiasa digelorakan dalam rumah tangga. Dimulai dari diri masing-masing pasangan, lalu ditargetkan kepada seluruh anggota keluarga secara menyeluruh.

Upayakan kehidupan Islami di rumah tangga Anda, sejak bangun tidur hingga kembali memejamkan mata. Jalankan rumah tangga dengan sunnah; saat masuk dan keluar rumah, ketika bersin, adab makan dan minum, saat makan bersama, di kamar mandi, dan seterusnya.

Budayakan. Biasakan. Sosialisasikan. Terus begitu, dan saling mengingatkan. Jangan lelah. Jangan berhenti. Jangan bosan. Sebab, ujiannya berat. Akan ada batu terjal yang menggoda. Tapi yakinlah pada pertolongan Allah Ta’ala yang diberikan kepada siapa pun yang menjalankan sunnah Nabi-Nya.

Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]