Pengasuhan

Sukses Mengajak Anak Puasa Berdasarkan Kiat Sahabat Nabi (Bagian 2)

Lanjutan Dari Sukses Mengajak Anak Puasa Berdasarkan Kiat Sahabat Nabi

Kedua, dimulai dengan puasa sunnah.

Dengan asumsi; yang sunnah saja diajarkan, apalagi yang wajib?; yang dianjurkan saja dikerjakan, apalagi yang harus dan berdosa jika ditinggalkan? Dengan membiasakan sunnah, insya Allah akan mengalami kemudahan saat melakukan yang wajib.

Dimulai dari yang sunnah juga memudahkan kita-sebagai orang tua-untuk menganalisa banyak hal terkait yang menghambat dan membuat senang anak-anak kita dalam menjalankan puasa. Jika dimulai sejak dini dari puasa-puasa sunnah di sepanjang tahun itu, insya Allah anak-anak akan sangat terbiasa dan antusias saat puasa Ramadhan menyapa. Sehingga mereka akan dengan senang hati melakukannya. Apalagi, saat Ramadhan, temannya lebih banyak dibanding saat mengerjakan puasa sunnah.

Ketiga, hiburan.

Ini yang sangat penting. Fungsinya hanya untuk mengalihkan perhatian anak dari rasa lapar yang sudah pasti mendera.

Terkait hiburan ini, ada banyak hal yang mesti diperhatikan. Pertama, materinya. Jangan berhibur dengan sesuatu yang terlarang oleh syariat dan merusak anak-anak kita. Kedua, perhatikan fungsinya. Dalam hal ini, fungsinya hanya untuk pengalihan saat anak-anak merasa lapar. Sehingga, mainan itu bukan dijadikan sebagai aktivitas utama.

Ajarkan sunnah kepada anak-anak sejak dini. Apalagi, porsi tidur mereka juga masih banyak. Alhasil, gunakan hiburan sesuai kadarnya, jangan sampai berlebihan. Misalnya, pagi hari ajak anak jalan-jalan. Lalu, ajak untuk shalat Dhuha. Baru bermain hingga Dhuhur. Jika mereka bisa qailulah sebelum dan setelah Dhuhur, maka hal itu amat baik. Ketika mereka terbangun di waktu Ashar, ajaklah ke masjid untuk shalat berjamaah. Dilanjut dengan ‘main’ di masjid menunggu waktu berbuka.

Ketiga, jenis mainan. Baik untuk disesuaikan dengan kesukaan anak. Tidak harus mewah. Asal dia suka. Karenanya, orang tua harus benar-benar mengerti mainan yang dibutuhkannya. Bisa juga dibuat sendiri, atau membeli di gerai-gerai mainan yang jumlahnya semakin menjamur di zaman ini.

Jika memungkinkan, tak ada salahnya melibatkan anak-anak kita untuk turut membuatnya. Sehingga mereka merasakan perjuangan dalam mewujudkannya, dan mereka akan menghargai jerih payahnya itu. Buat variasi mainan, agar anak tidak bosan.

Keempat, kekompakan anggota keluarga.

Bahwa mendidik untuk berpuasa sejak dini harus disepakati oleh seluruh anggota keluarga agar memberikan hasil yang terbaik. Suami, istri, nenek, bibi, paman, kakak-kakak, dan anggota keluarga lainnya.

Jika seluruh anggota sudah bersatu dengan misi yang sama, hal ini akan memudahkan bagi anak. Sebab, semuanya satu arah dan sepakat dengan model yang sama. Sehingga, ke mana pun anak pergi untuk mencari ‘pembelaan’ supaya tidak berpuasa, maka jawaban dan aksi yang didapatkan anak-anak dari orang-orang di sekitarnya sama saja. Wallahu A’lam. [Pirman]