Setelah tamu-tamu berpamit, keluarga masih sibuk merapikan segala perlengkapan yang digunakan untuk resepsi pernikahan dan banyak kesibukan lainnya, dua orang yang seharian menjadi raja dan ratu mulai berkemas. Memasuki kamar bersama untuk pertama kali.
Malam itu, ‘panggung’ dan acara resmi milik mereka berdua; sepasang pengantin baru. Inilah malam ‘berbuka’ setelah bertahun-tahun menahan syahwat dari segala yang diharamkan. Malam itu, sesuatu yang mulanya haram langsung dihalalkan, bahkan dijanjikan pahala agung, nikmat sempurna tak terganti, dan kebaikan-kebaikan lainnya.
Malam itu, dua insan yang tengah mabuk cinta boleh merayakannya. Bebas. Asal tidak melanggar cara-cara yang digariskan oleh syariat.
Sayangnya, karena desakan hasrat yang di ubun-ubun, rasa penasaran yang kian menggelembung, sepasang pengantin baru ini sering kali luput dari satu hal penting sebelum merayakan cinta di malam pertama. Bisa karena lupa atau tidak memiliki ilmu tentang pernikahan yang memadai.
Padahal, ritual ini amatlah penting. Tak kalah pentingnya dari ‘buka’ bersama selama bertahun-tahun melakukan ‘puasa’ itu.
“Apabila engkau dimasukkan ke tempat istrimu, shalatlah dua rakaat. Kemudian mohonlah kepada Allah Ta’ala kebaikan dari orang yang engkau masuki dan berlindunglah kepada-Nya dari keburukan yang terdapat pada dirinya.”
Inilah hal penting yang kerap dilupakan oleh pengantin baru di malam pertama. Inilah ritual yang sangat berpengaruh terhadap kebahagiaan malam itu dan keberkahan setelahnya. Sayangnya, ritual ini banyak dilupakan atau memang tidak diketahui lantaran kebodohan para pengantin, meski mereka beragama Islam.
Nasihat untuk memulai malam pertama dengan shalat dua rakaat ini disampaikan oleh Abu Dzar al-Ghifari, Abdullah bin Mas’ud, dan Hudzaifah bin Yaman kepada Abu Sa’id Abu Usaid. Dari jalur Abu Bakar bin Abu Syaibah, ketiga sahabat utama mendengar kalam ini langsung dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Setelah tunai mendirikan dua rakaat sunnah dan mengecup kening istri dengan mengucapkan doa keberkahan, selanjutnya adalah milik dua insan nan berbahagia ini. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam pamungkas riwayat tersebut, “Seterusnya adalah urusanmu dan urusan istrimu.”
Tapi, jangan terburu-buru. Buatlah kesepakatan. Sebab tergesa datangnya dari setan. Jika kalian sudah sepakat untuk ‘berbuka’ malam itu, insya Allah berkah. Jangan lupa memulainya dengan doa yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
[Pirman/Keluargacinta]