Sahabat mulia Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu mengisahkan peristiwa agung antara Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dengan salah satu istrinya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari Rahimahullahu Ta’ala, Anas bin Malik menuturkan, “Kemudian kami melanjutkan perjalanan pulang menuju Madinah al-Munawwarah. Aku melihat beliau (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam) menggelar mantel di punggung unta. Lantas, beliau meletakkan lutut di sana dan Shafiyah binti Huyay meletakkan lututunya di atas lutut beliau.”
Bacalah riwayat ini dengan hati. Betapa beliau yang mulia telah mencontohkan keromantisan yang mengagumkan. Bukan hanya dengan satu istri, tapi juga dengan istri beliau yang lainnya. Betapa menempelnya lutut antar keduanya cukup menjadi bukti keromantisan pemimpin paling mengesankan sepanjang sejarah umat manusia ini.
Seakan melengkapi, sebagaimana diriwayatkan dari jalur lain oleh Imam Ibnu Asakir dan Imam Abu Nu’aim Rahimahumallahu Ta’ala, Ummul Mukminin Shafiyah binti Huyay menuturkan, “Saya tidak pernah menyaksikan seorang pun yang perangainya lebih mulia dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.”
Berhentilah sejenak. Betapa kalimat ini adalah penyampaian yang amat tulus. Pernahkah Anda sebagai suami mendapatkan pujian serupa atau yang sedikit lebih rendah dari istri-istri Anda? Jika sebagai istri, adakah Anda mengakui bahwa suami Anda merupakan sosok yang berakhlak penuh pesona?
“Suatu malam,” lanjut Shafiyah menuturkan, “beliau memboncengkan saya di bagian belakang untanya. Saya mulai mengantuk, lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam mencubit saya dengan tangannya sembari bersabda, ‘Duhai orang ini! Tahanlah sedikit, wahai putri Huyyai!’”
“Wahai Shafiyah,” lanjut Nabi yang mulia, “aku meminta maaf kepadamu atas perlakuanku kepada kaummu karena mereka telah mengatakan aku begini dan begini.”
Betapa romantisnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Beliau memberikan teladan sebagai suami secara lengkap di seluruh aspek kehidupan. Tidak ada satu pun aktivitas mulia antara dari seorang suami kepada istrinya, kecuali beliau telah mengamalkannya.
Betapa hal ini menjadi pembeda sekaligus tanda kemuliaan sang Nabi, sebab ada begitu banyak pemimpin yang diagungkan di bidang militer dan kepemimpinan tapi memiliki akhlak yang buruk terhadap istri, anak-anak, dan keluarganya.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]