Pernikahan

Wahai Pemuda, Jangan Lupakan Ini Sebelum Melamar!

Hari-hari ini kita disuguhi dengan budaya negatif terkait pernikahan. Sebagian menganggapnya remeh sehingga tidak menyegerakan; ada yang menganggapnya sukar sehingga menunda-nunda; atau jamaknya anak dan orang tuanya yang memaklumi jalur pernikahan melalui zina pacaran.

Mereka yang berpacaran, umumnya menggunakan dalil sebagai upaya mengenal lebih dalam. Alhasil, interaksi antara laki-laki dan perempuan pun kebablasan; sering jalan berdua, berkisah berlebihan, hingga membeberkan bagian tubuh yang selayaknya ditutupi.

Di tahap ini, para pelaku pelacaran akhirnya menyerah. Mereka harus menikahi lantaran interaksi yang terlalu lama dan saling menjaga rahasia satu dengan yang lainnya. Padahal, ada hal besar yang luput dari pikiran picik kedua insan yang tengah dimabuk asmara ini.

Kepalsuan. Itulah yang terjadi selama ini. Masing-masing mereka hanya menunjukkan yang baik-baik saja, hanya menampilkan yang pantas saja, dan dalam waktu yang sama, mereka berupaya sekuat tenaga untuk mengunci rapat segala macam keburukan diri yang selayaknya disampaikan kepada calon pendampingnya.

Kepalsuan inilah yang kelak menjadi pemicu runcingnya permasalah rumah tangga. Apalagi jika keduanya tidak bisa memaklumi dan hanya melihat kekurangan, tanpa mau mengakui kelebihan pasangannya.

Maka, masing-masing mereka, kelak setelah menikah akan mengalami kekagetan yang luar biasa. Sebab, kehidupan setelah pernikahan amatlah panjang. Dalam kurun itu, semua keburukan dan kekurangan diri masing-masing akan terbuka.

Persoalannya, selama menjalani interaksi zina pacaran itu, yang dibayangkan dan ditampilkan hanyalah kebaikan, kesempurnaan, dan pesona semata.

Hal ini akan diperparah jika masing-masing dari keduanya pernah melakukan zina pacaran berkali-kali. Ada semacam kesedihan dan penyesalan sebab merasa salah pilih. Di tahap ini, seorang pasangan amat memungkinkan melakukan tindakan menyalahkan dirinya sebab rupanya, mantannya jauh lebih baik dari pasangannya saat itu.

Karena itu, sadarilah wahai para pemuda. Jangan gegabah. Jika terlanjur, bertaubatlah dan ambillah keputusan dengan bijak. Begitu pun dengan para wanita, jangan mau dipilih karena kasihan atau lantaran lamanya berinteraksi. Hendaklah kalian menanyakan beberapa hal kepada keluarganya, sehingga mengetahui kualitas sosok yang kelak menjadi pasangan hidupmu.

Sebab, bagi istri, seorang suami adalah imam dunia dan akhirat. Bagi suami, istri adalah kehormatan yang harus dilindungi dan rekan dalam mengarungi kehidupan yang terjal ini. Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]

1 Comment

  • lutfi subekti 25 November 2015

    iya bagus itu suaminya luar biiasaa

Comments are closed.