Rumah Tangga

Yang Paling Disukai Pasangan Anda

Dalam sebuah kesempatan santai, seorang suami menyampaikan sebuah pertanyaan kepada istri yang baru dinikahinya sekitar setahun lalu. Dengan tatapan lembut dan vibrasi suara yang diatur sedemikian rupa, lelaki itu bertanya, “Sayang, apa yang paling disukai dari Abang?”

Malu-malu, sang istri tersipu. Membalas senyum sang suami dengan lembut pula, lalu sang istri melemparkan tatapan yang tak kalah teduhnya. Rahmat Allah pun menaungi keduanya dalam cinta halal nan suci. Lalu, sang istri menjawab singkat, penuh makna, “Ketika Abang tersenyum.”

Itulah kebahagiaan dalam pernikahan; sangat sederhana. Tak perlu mahal, ribet, berbelit, muter-muter, apalagi jenis keruwetan lainnya. Sangat sederhana. Bahkan makan berdua dengan lauk seadanya, ketika hati keduanya lapang, maka lagu ‘dunia seakan milik kita berdua’ adalah nyata adanya.

Sebaliknya, meski dunia berada dalam genggaman, aset semakin bertambah, kekayaan makin tak terbendung dan tak terhitung, saat hatinya sempit dan syukurnya terbatas, maka luasnya dunia serasa mengimpit tubuh keduanya. Sempit. Sakit. Tersiksa.

Karenanya, sederhanakanlah cinta. Mudahkanlah ekspresinya. Jangan remehkan yang nampak kecil, dan maknailah setiap ekspresi cinta dari ia yang kita cintai.

Senyum, nampak sederhana. Senyum memang mudah. Tapi, ianya hanya bisa dilakukan atas kerelaan hati, ketulusan cinta, dan kejernihan perasaan. Itulah ekspresi sederhana yang tak mudah bagi mereka yang kering hatinya, keruh pikirannya, dan gelap perasaannya.

Nabi yang mulia sudah jauh-jauh hari meningatkan, jangan remehkan kebaikan sekcil apa pun. Termasuk wajah yang sumringah dan senyum inspiratif tatkala jumpa dengan saudara. Maka, inilah yang mendasari, mengapa senyum seorang suami sangat menyejukkan bagi istrinya. Dan sebaliknya.

Maka, ketika pulang kerja, meski penat tak terperih sebab banyaknya tuntutan target dan pekerjaan yang belum kelar, seketika setelah mengucap salam dan melangkahkan kaki masuk ke rumah pasanganmu, segeralah sunggingkan senyum ketulusan.

Senyum yang kau antarkan kepada pasanganmu tepat ketika mata kalian bersitatap, adalah bukti paling kuat bahwa kau mencintainya. Seakan-akan, melalui senyummu itu, kau hendak sampaikan, “Ruwetnya soalan dunia terurai seketika saat kutatap wajahmu.”

Pun, bagi sang istri. Maka senyum yang telah disiapkannya itu adalah bukti akan perasaannya, “Bang, sini kudekap. Kan kutenangkan pikiran dan hatimu. Sebab aku, mencintaimu setulusnya. Sini Bang, lupakan sejenak persoalan pelik yang kau hadapi di luaran sana.” [Pirman]

1 Comment

  • Ivan Haws 16 Mei 2015

    :'(

Comments are closed.