“Suamiku,” tutur wanita Quraisy kedua yang dikisahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, “aku tidak berani bercerita terus terang tentang keadaannya. Aku khawatir perkepanjangan untk dibicarakan. Jika aku bicarakan, aku takut bulu kuduk yang mendengarkannya berdiri semua dan keringat jadi bercucuran.”
Jika dicermati dari penuturan wanita kedua tentang 11 tipe laki-laki yang tidak layak untuk dijadikan suami ini, suami dengan sikap kedua lebih buruk dari perangai laki-laki pertama. Bedanya, sang istri memilih untuk tidak mengisahkan sikap suaminya kepada orang lain karena satu dan lain pertimbangan.
Sang wanita memilih ‘menikmati’ sendiri keburukan yang ada pada suaminya. Tidak mengisahkan secara lengkap, hanya sekilas tapi cukup menggambarkan yang sesungguhnya.
“Aku takut bulu kuduk yang mendengarkannya berdiri…”
Bulu kuduk berdiri karena ketakutan yang sangat. Bisa karena perkataannya yang amat buruk, perbuatannya yang sangat menyakitkan fisik, atau kombinasi keduanya sehingga menyayat hati dan amat perih untuk dituturkan.
“… dan keringat bercucuran.”
Saat ketakutan memuncak, padahal hanya mendengarkan cerita, keringat pun keluar mengiringi bulu kuduk yang berdiri.
Ini merupakan gambaran yang sangat jelas akan buruknya perangai suami. Bukankah kini kita mendapati banyak kisah pilu tentang seorang laki-laki bergelar suami yang menzinai ibu mertuanya? Betapa ini amat menjijikkan dan tidak masuk akal. Menakutkan.
Kita juga mendengar berita seorang suami (laki-laki) yang tega menzinai anak kandungnya sendiri. Adakah logika yang mampu menjelaskannya? Anak kandung; dia menanam benih di dalam diri istrinya, dirawat, lalu dizinai? Dimanakah nuraninya? Atau jangan-jangan, dia bukan lagi sebagai seorang manusia? Hanya wujudnya saja!
Ada juga seorang laki-laki yang tega menelikung istrinya dari belakang dengan berbagai modus. Padahal, dia makan dan minum dari harta istrinya, memanfaatkan seluruh aset istrinya, tidur di malam hari bersama istri dan di rumahnya, tapi bersikap buruk dengan bergaul bebas bersama wanita lain dengan akhlak yang tidak islami.
Lebih mengherankan lagi, suami ini menyayangi istri saat ia banyak uang dan memanfaatkannya untuk membeli beraneka barang, tapi seketika itu juga diacuhkan saat uangnya habis. Dia kemudian menimbun uang istrinya dan menggunakannya untuk bersenang-senang dengan wanita lain.
La haula wa la quwwata illa billah.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]