Tidak harmonisnya hubungan antara suami dan istri menjadi sebab utama perceraian. Dari sekitar 300 ribu kasus perceraian, faktor ini menyumbang 97.615 kasus hingga sebuah rumah tangga karam diterpa badai persoalan.
Bicara keharmonisan, Islam sudah khatam. Dalam agama yang mulia ini, keharmonisan rumah tangga bukan sekadar teori. Kunci-kunci keharmonisan sudah dirumuskan dengan sangat baik oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an al-Karim, lalu diterjemahkan dengan amat baik oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam rumah tangga yang beliau jalani.
Jika dipersingkat, dari banyaknya kunci keharmonisan dalam rumah tangga, sejatinya hanya ada dua hal yang paling utama. Dua hal utama ini disampaikan oleh Kiyai Haji Cholil Ridwan, masing-masing ada pada diri suami dan istri.
Pada Suami
Jika menghendaki keluarga yang harmonis, seorang suami harus bersikap amanah. Tidak khianat. Melakukan kewajibannya dengan baik sehingga mendapatkan haknya dengan sempurna. Jangan zalim. Tidak boleh bertindak sewenang-wenang.
Kedepankan komunikasi yang baik dengan ungkapan yang menyejukkan hati pasangan. Pimpinlah rumah tangga dengan amanah, sebagaimana diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan disunnahkan oleh Rasululllah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Jika terjadi konflik, bersikaplah sabar dan senantiasalah meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala. Amat mudah bagi-Nya untuk menyatukan hati hamba-hamba-Nya.
Termasuk dalam makna amanah adalah mengupayakan nafkah lahir dan batin sesuai dengan kemampuan terbaik.
Pada Istri
Ialah taat. Ketaatan istri kepada suami bukanlah taat buta. Ialah ketaatan atas nama taat kepada Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka, tiada ketaatan seorang istri kepada suami, jika yang diperintahkan bertentangan dengan perintah keduanya. Semua yang menyelisihi ketaatan kepada keduanya adalah perbuatan dosa dan maksiat.
Ketaatan juga menjadi ruh. Seorang istri yang taat akan membuat suami percaya diri. Suami akan merasa tenang jika harus kerja di luar rumah atau di luar kota, karena meyakini bahwa istrinya akan berlaku taat kepadanya.
Taat, bagi seorang istri, sejatinya mudah. Intinya adalah kepercayaan. Jika seorang istri percaya kepada suami, maka ia akan berlaku taat. Pun sebaliknya. Tiadanya rasa percaya akan berakibat pada nihilnya ketaatan istri kepada suaminya.
Karenanya, seorang suami juga harus berlaku amanah hingga layak dipercaya lalu ditaati oleh istrinya.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]