Siang itu, laki-laki muda yang baru beberapa bulan ‘menjabat’ sebagai suami itu bergetar. Pasalnya, sang istri cantik nan shalihah yang sedang ada agenda di luar rumah mengiriminya pesan singkat. “Mas,” pesan singkat sang istri, “carilah istri kedua. Aku ikhlas. Tinggalah di rumahnya selama lima hari dalam sepekan.” Tutupnya dalam pesan nan menggetarkan itu, “Aku cukup dua hari saja.”
Bila pesan singkat jenis ini amat didambakan oleh banyak suami-suami lain di luaran sana, tidak demikian dengan si suami ini. Ia, dengan kebijaksanaannya, berusaha berpikir lebih panjang seraya memahami maksud tersirat dan tersurat atas pesan istrinya itu.
Karenanya, laki-laki yang baru berkepala dua ini membiarkan pesan tersebut. Dan baru berniat membahasnya setelah istrinya pulang.
Setibanya sang istri di rumah, laki-laki ini pun menyeduhkan minuman kesukaan wanita yang disayanginya itu. Dengan takaran terbaik, tampilan paling mengundang nafsu, dan persembahan tersyahdu yang bisa dikerjakannya.
Selanjutnya, ia bertanya tentang acara istrinya itu. Detail. Dengan sedikit senyum, canda, dan tawa khas suami istri yang baru menikah ini. Romantis. Seru. Asyik. Dan, nikmat. Setelah semuanya tergali, lelaki baik hati ini pun menemukan sebabnya.
Apa yang terjadi dalam kisah ini, mustahil dialami oleh Anda yang belum menikah. Tetapi, amat sangat mungkin terjadi pada pasangan yang telah resmi lakukan akad suci yang menggetarkan ‘arsy. Lantas, jika tawaran ‘nambah’ itu datang, apa yang harus dilakukan?
Maka ketahuilah, saat istrimu menawarkan poligami, setidaknya ada dua motif yang menjadi sebabnya. Dua motif ini, agak bias. Karenanya, hanya bisa dirasakan dengan hati dan tak bisa disamakan antara satu pasangan dengan pasangan lainnya.
Pertama, sang istri benar-benar ikhlas menawarkan daun muda bagi sang suami. Niatnya jelas, karena Allah Ta’ala dan sunnah Nabi. Dalam logikanya, jika Allah Ta’ala saja bolehkan, mengapa manusia harus mengharamkannya? Tetapi, amat sedikit dan langka kejadian semacam ini. Karenanya, berhati-hatilah. Sebab, bisa jadi, alasan kedualah yang melatarbelakangi tawaran menggiurkan itu.
Kedua, berkurangnya cinta. Maka, ia ingin segera lepas dari ‘dominasi’ sang suami. Dalam logikanya, jika suami telah mendua, maka waktu bersama dengannya pun akan berangsur berkurang hingga tak bersama lagi. Akhirnya, opsi ajukan gugatan cerai pun lebih mudah.
Nah, motif kedua ini, sebabnya bisa beragam. Bisa lantaran hal-hal serius, atau emosi sesaat saja. Karenanya, bersikaplah bijak. Jangan gegabah. Sebab, jika salah ambil keputusan, persoalannya akan semakin rumit.
Sedikit saran saja, sebab mana pun yang menjadi latarbelakang sang istri hingga tawarkan ‘adik’ baginya, sebaiknya Anda mengambilnya jika ada ‘ancaman’ dari istri pertama. Misalnya, “Nikahi muslimah ini. Atau, Abang tidak boleh pulang. Silakan tidur di luar rumah. Selamanya.” 😀 [Pirman/Kisahikmah]
3 Comments
Comments are closed.