Ustadz, usiaku kini sudah kepala tiga. Tapi, tak juga datang ikhwan melamarku. Aku takut, jika sampai usia lanjut, aku hanya hidup sendiri. Sementara para ikhwan, meskipun mereka baru menikah saat usianya kepala tiga atau kepala empat, mereka memilih akhwat yang muda-muda dibanding kami.
Apakah kami hanya bisa menunggu? Hingga ada ikhwan yang datang, atau ada solusi lain?
[button url=]Jawaban[/button]
Hidup ini sejatinya adalah ujian. Bahkan dalam Surat Al Mulk ayat kedua disebutkan bahwa kematian dan kehidupan adalah ujian. Ujian untuk membuktikan siapa yang paling baik amalnya.
Barangkali, salah satu ujian yang dialami oleh sebagian akhwat, sebagian muslimah, adalah lambatnya pernikahan datang. Seperti yang Anda tuturkan; usia bertambah, belum juga datang ikhwan meminang. Yang perlu Anda ketahui, ini bukan persoalan Anda pribadi. Banyak akhwat di berbagai daerah yang menghadapi ujian serupa.
Takut usia lanjut dalam kesendirian?
Jika keinginan menikah sebatas memiliki teman saat usia kita telah lanjut, motivasi itu tidak sepenuhnya tepat. Mengapa? Sebab tak ada yang menjamin bahwa seseorang yang telah menikah di masa mudanya tidak akan sendiri masa tuanya.
Ada banyak bukti suami yang kehilangan istrinya sebelum tua. Pun, banyak istri yang kehilangan suaminya sebelum lanjut usia. Ada yang bercerai, ada pula yang terpaksa berpisah karena maut menjemput.
Sebaliknya, orang yang belum sempat menikah di sepanjang hidupnya, belum tentu ia sendirian di kala tua. Lihatlah para ulama seperti Abu Ja’far Ath Thabari, Abu Bakar Al Baghdadi, dan Ibnu Taimiyah. Mereka tak pernah kesepian sepanjang hidupnya. Murid-muridnya setia menemani dan melayani keperluan mereka.
Ikhwan memilih gadis muda?
Mungkin sebagian ikhwan memang memilih akhwat yang usianya muda, seperti yang Anda katakan. Tetapi, tidak semua ikhwan begitu. Ini yang perlu dicatat; jangan menggeneralisir. Tidak sedikit ikhwan yang bersedia menikah dengan akhwat yang seusia atau lebih tua. Bahkan ada pula ikhwan bujanghidin yang menikah dengan janda. Redaktur eksekutif BedaMedia Grup adalah salah satu contohnya. Aktifis dakwah ini menikah di usia 27 tahun, menikahi seorang janda berusia 47 tahun, yang telah memiliki 7 putra dan putri. Subhanallah, Allaahu akbar!
Hanya menunggu?
Tidak! Anda tidak boleh hanya sekedar menunggu. Anda peru berikhtiar dengan dua hal wajib dan satu hal yang mubah.
Dua hal wajib itu adalah mempersiapkan diri dan berdoa. Persiapkan diri sebaik mungkin dengan meningkatkan kualitas tarbiyah; aktif tarbiyah nukhbawiyah dan intens melakukan tarbiyah dzatiyah. Sehingga, Anda terus tumbuh sebagai muslimah yang shalihah. Jika nanti saatnya tiba dan jodoh dikirim Allah Subhanahu wa Ta’ala, Anda telah siap. Dan yakinlah, jika Anda baik maka jodoh Anda adalah orang yang baik pula.
Kalaupun tak ada yang datang melamar Anda, Anda sudah sukses memanfaatkan waktu daripada sekedar menunggu. Dengan terus meningkatkan kapasitas Anda, Anda bisa lebih bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, agama dan negara.
Yang juga harus dilakukan sejak dini adalah berdoa. Anda berdoa agar dimudahkan jodoh, dan didatangkan imam bagi keluarga. Betapa banyak persoalan pelik yang bisa terurai dan teratasi setelah sungguh-sungguh berdoa. Ini semua atas karunia dan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sedangkan hal mubah yang boleh Anda lakukan adalah meminta ikhwan yang shalih untuk menikahi Anda. Mungkin kita tabu, sebab selama ini hanya dikenal ikhwan melamar akhwat. Akhwat tinggal memutuskan menerima atau menolak. Namun, akhwat shahabiyah memberi contoh berbeda. Ia datang menghadap Rasulullah dan menawarkan diri menjadi istri beliau.
Tentu, “meminta ikhwan” ini tidak harus Anda lakukan secara langsung seorang diri. Anda bisa minta bantuan orangtua/wali, ustazah dan murabbiyah.
Wallahu a’lam bish shawab. [Keluargacinta.com]
24 Comments
Comments are closed.