Tidak ada seorang pun yang mengharapkan kegagalan dalam rumah tangganya. Semua manusia pasti mendambakan hadirnya rumah tangga yang dipenuhi kebahagiaan dan keberkahan. Sayangnya, tidak banyak yang mengetahui ilmunya. Dari sedikit yang tahu itu, lebih sedikit lagi yang benar-benar mengamalkan kiat-kiat untuk menggapai bahagia dan berkah dalam rumah tangganya.
Jika bahagia dan berkahnya rumah tangga ditentukan oleh lamanya masa pacaran, maka yang paling bahagia adalah mereka yang berlama-lama dalam awalan zina ini. Apalagi, kehidupan pernikahan yang didahului dengan pacaran sering mengalami polemik yang tak ringan.
Mulai dari urusan mantan yang berceceran hingga mengungkit perbedaan antara masa pacaran dengan masa setelah menikah. Alhasil, salah satu mereka mengungkit, “Kenapa kamu berubah? Kamu tak seperti dulu lagi. Dulu, tiap ketemu, badanmu selalu wangi, pakaianmu rapi. Menyenangkan. Kini? Bau badanmu tak ubahnya kamar mandi yang lima bulan tidak dibersihkan!”
Sebab tak terima, yang diungkit pun menimpali, tak kalah kesalnya, “Siapa suruh mau menikah denganku? Kau tahu? Aku menikah dengamu karena terlanjur. Kasihan. Jika tak menikah denganku, kau pasti gila! Bisa jadi, kau tidak akan menikah selamanya karena tidak laku!”
Amat mengerikan, bukan?
Andai bahagia dan berkahnya pernikahan ditentukan oleh kualitas fisik dan jumlah harta, bukankah yang merasa paling bahagia dan diberkahi adalah para artis yang bening dan bermobil mewah itu? Faktanya, mereka ini berkali-kali pacaran, berkali-kali pula putus-nyambung.
Jika pun ada yang menikah, bilangan kebersamaannya tak lama. Beberapa di antara mereka bertahan selama tahunan, tapi tak jarang yang hanya bulan-an hingga pekanan. Bahkan, ada yang retak rumah tangganya beberapa hari setelah akad nikah. Lihat saja, bilangan cerai yang mereka alami sama dengan jumlah pernikahan yang mereka akadkan.
Pun dengan keturunan. Ianya tiada banyak berpengaruh dalam menentukan bahagia dan berkahnya rumah tangga. Sebab, hanya segelintir manusia yang memiliki keturunan ningrat lantaran kepemilikan harta duniawi atau jabatannya.
Jika lamanya pacaran, kualitas fisik, jumlah harta, dan ningratnya keturunan tidak memiliki kontribusi yang siginifikan dalam menentukan bahagia dan berkahnya sebuah pernikahan, kira-kira, faktor apakah yang harus kita upayakan agar rumah tangga yang dijalani senantiasa berada dalam keberkahan dan kelak berakhir bahagia?
Satu yang utama; ketaatan masing-masing pasangan (dan anggota keluarga) kepada Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallama. Itulah satu-satunya kunci bahagia dan berkahnya sebuah rumah tangga.
Taati Allah Ta’ala, ikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebab amat mudah bagi-Nya untuk memberkahi dan membahagiakan rumah tangga hamba-hamba-Nya.
Sebaliknya, jika ingkar, amat mudah pula bagi-Nya untuk membuat rumah tangga tak ubahnya panas neraka di dunia sebelum neraka sesungguhnya di akhirat kelak.
Semoga Allah Ta’ala berkahi dan bahagiakan rumah tangga yang tengah kita jalani ini. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]