Setelah menjalani kehidupan monogami selama dua belas tahun, dai yang kerap mengenakan pakaian serbaputih ini memutuskan menikah yang kedua pada tahun 2010. Qadarullah, hingga kini dan semoga sampai akhir hayatnya, kehidupan ketiga anak manusia dan anak-anaknya ini terlihat sangat harmonis. Bahkan, sosok dai yang pernah menetap di bilangan Depok Jawa Barat ini tak segan-segan mengajak kedua istrinya ke hadapan jamaahnya dan kaum Muslimin negeri ini.
Banyak hikmah dari poligami yang dijalani Ustadz M. Arifin Ilham ini. Berikut ini kami rangkumkan nasihat-nasihat terkait salah satu sunnah Nabi yang telah beliau jalani selama lima tahun ini. Nasihat ini kami rangkum dari beberapa kajian yang langsung kami ikuti dan rekaman-rekaman taujih dai asal Banjarmasin ini.
Harapannya, kaum Muslimin bisa melihat poligami secara adil. Yaitu meletakkannya sebagaimana ianya diperintahkan; bukan atas nama perasaan belaka.
Istiqamah dalam Sunnah
Hal yang pertama kali beliau sampaikan, jangan poligami karena ‘enaknya’ saja. Sebagai salah satu sunnah, hendaknya kaum Muslimin yang berniat melakukannya benar-benar mempersiapkan diri dengan istiqamah dalam melakukan sunnah-sunnah Nabi yang lain.
Sebelum memutuskan mengambil jalan poligami, pesan beliau, istiqamahlah dalam menjawa wudhu, senantiasalah shalat berjamaah di masjid, jangan tinggalkan shalat Dhuha dan Tahajjud, teruslah membaca, menghafal, dan berusaha mempraktikkan ajaran al-Qur’an, biasakan diri dalam dakwah dan jihad, jangan tinggalkan infaq, dan aneka sunnah-sunnah mulia lainnya.
Pasalnya, dai yang juga memimpin Majlis az-Zikra ini sudah pernah melakukan berbagai jenis sunnah Nabi tersebut. “Hanya poligami yang belum,” terang beliau. Istri-istri, anak-anak dan jamaah dzikirnya menjadi saksi betapa beliau adalah sosok yang amat menjaga sunnah Nabi. Semoga Allah Ta’ala berikan keistiqamahan kepada beliau hingga akhir hayatnya.
Jangan Bonsai Potensi Suami
Dengan berkelakar, beliau menyampaikan, “Apakah suami harus libur juga jika istri sedang libur karena datang bulan?”
Beliau juga mengatakan, “Jika para Muslimah mengakui kehebatan dan keshalihan suaminya, jangan egois. Bukankah Muslimah-muslimah lain juga berhak merasakan kebahagiaan yang Allah berikan dengan perantara suami Anda?”
Apalagi, fakta bahwa jumlah Muslimah jauh lebih banyak dari jumlah Muslimin amat nyata. Dan, begitu banyak Muslimah matang yang harus menyepi sendiri di setiap malam dalam sujud dan munajat panjangnya.
Dua Akur Itu Lebih Baik
Poligami sering dijadikan kambing hitam. Selalu disalahkan. Padahal, letak kekacauan rumah tangga bukan pada poligaminya. Tetapi terletak pada individu-individu yang terlibat di dalamnya.
Bukankah fakta berbicara, amat banyak pernikahan monogami yang berantakan dan berujung pada perceraian? Bukankah tak sedikit suami-suami yang mengabaikan hak istrinya, padahal jumlahnya hanya satu?
Di sisi lain, apakah tak cukup bukti bahwa begitu banyak poligami yang berdampak positif bagi individu dan masyarakat sekitar juga kaum Muslimin secara umum?
“Dua istri akur,” tutur dai yang kini menetap di Bogor Jawa Barat dalam salah satu ceramahnya di tahun 2012 ini, “itu jauh lebih baik dari satu istri tapi ribut terus.” Benar juga ya? 😀 [Pirman/Kisahikmah]
129 Comments
Comments are closed.