Al-Qur’an menjelaskan anak-anak kita dalam empat kondisi. Pertama, anak yang menjadi penyejuk pandangan (jiwa). Kedua, anak sebagai hiasan dunia semata. Ketiga, anak sebagai ujian. Keempat, anak sebagai musuh.
Anak Penyejuk Jiwa
Di antara doa yang dipanjatkan oleh ‘Ibadurrahman adalah pinta agar diberikan istri (pasangan hidup) dan anak-anak yang menjadi penyejuk jiwa serta dijadikan sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. (Qs. al-Furqan [25]: 74)
Anak-anak yang bisa menjadi Qurrota A’yun (Penyejuk Pandangan/Jiwa) setidaknya memiliki empat kriteria; aqidah yang lurus, ibadah yang shahih, wawasan luas nan mendalam, dan akhlak yang penuh pesona.
Anak-anak inilah yang kelak menyelamatkan dirinya sendiri dan penolong bagi orang tua serta anggota keluarganya yang lain. Mereka, misalnya, adalah anak-anak yang bersungguh-sungguh sehingga dikaruniai rezeki hafal al-Qur’an yang bisa menjadi sarana syafaat bagi tujuh anggota keluarganya.
Mereka, bisa pula, adalah anak-anak yang mempersiapkan diri, pikiran, dan hatinya untuk bergegas di medan jihad sehingga wafat sebagai syuhada’. Para syuhada’ itulah yang kelak diberi keistimewaan untuk memberikan syafaat kepada tujuh puluh anggota keluarganya.
Dalam keseharian, anak-anak penyejuk pandangan ini senantiasa mengesankan dalam setiap aktivitasnya. Andai laki-laki, ia adalah sosok yang bergegas menuju masjid saat adzan berkumandang, sungguh-sungguh dalam belajar al-Qur’an dan berupaya mengajarkannya, bertanggungjawab, dan piawai dalam membedakan baik dan buruk sehingga selektif dalam memilih sahabat bermain.
Andai perempuan, mereka adalah sosok-sosok inspiratif yang piawai mengerjakan tugas domestik, tidak mengingkari fitrahnya sebagai wanita, sungguh-sungguh dalam belajar, mengerahkan kemampuan terbaik untuk menggapai ridha suaminya, mengumpulkan sebanyak-banyaknya bekal untuk menjadi ibu yang baik, dan menjadikan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya sebagai prioritas cinta dan taat yang mula-mula dan utama.
Selain itu, mereka juga peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Hormat kepada yang lebih tua, sayang kepada yang lebih muda, patuh dan taat pada kebaikan yang diserukan orang lain, bergegas mendukung berbagai amal shalih untuk umat, dan terdepan dalam memerangi segala jenis maksiat dan dosa di sekitarnya, semampunya.
Mereka inilah anak-anak yang paling banyak manfaatnya, bukan hanya bagi diri, tetapi bagi lingkungan tempatnya menetap.
Maka bahagialah orang tuanya. Sebab, setiap kali saldo tabungan sang anak bertambah, maka melimpah pulalah saldo kebaikan bapak dan ibunya.
Sayangnya, tidak mudah untuk mendidik anak menjadi penyejuk pandangan jiwa.
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan anak-anak yang menyejukkan pandangan (jiwa) dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa. [Pirman/Keluargacinta]