Rumah Tangga

Larangan Membenci Pasangan dalam al-Qur’an dan Hadits (2)

Lanjutan dari Larangan Membenci Pasangan dalam al-Qur’an dan Hadits

Senada dengan makna ayat di atas, Allah Ta’ala juga menyampaikan nasihat kepada para pasangan kepada pasangannya, terutama kepada seorang suami kepada istrinya.

“Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. an-Nisa’ [4]: 19)

Sebab seorang istri-dan suami-merupakan manusia biasa, maka mereka tidak terbebas dari kesalahan. Di sini, Allah Ta’ala memberikan solusi amat jitu kepada para suami, andai mereka menjumpai kekurangbaikan di dalam diri istrinya.

Ialah sikap sabar yang dalam hadits disebut sebagai salah satu dari dua keajaiban yang hanya terdapat di dalam diri orang beriman. Maka suami yang mampu bersabar dengan baik, hanyalah suami yang benar imannya. Sebaliknya, andai seorang suami kurang mampu bahkan seringkali gagal mengupayakan sabar terkait kekurangbaikan istrinya, tentu ada yang kurang beres dengan imannya. Apalagi jika kekurangbaikan istri hanya berkisar soal kehidupan sehari-hari yang seluruh manusia pun berpeluang untuk terjerumus ke dalamnya.

Makna dalam ayat ini semakin diperjelas dengan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dalam riwayat Imam Muslim Rahimahullahu Ta’ala.

“Janganlah seorang mukmin membenci istrinya yang mukminah. Jika ia membenci salah satu tabiatnya, tentu ia menyenangi akhlak lain yang ada padanya.”

Seorang istri amat mungkin berupa pribadi yang cerewet dalam segala hal. Tiada satu kejadian pun, kecuali ia turut menyampaikan pendapatnya tanpa diminta. Bahkan saat kita hendak melakukan suatu kegiatan yang sudah lama menjadi kebiasaan di masa lajang, seorang istri amat mungkin mengatakan ini dan itu, padahal kita sudah mengetahuinya.

Tapi pahamilah, suatu ketika, cerewetnya itu akan bisa mencegahmu dari berlaku salah dan ceroboh, sebab dia senantiasa mengingatkan dan kita akan teringat dengan celotehnya.

Istrimu, bisa jadi berantakan dalam banyak hal, misalnya. Terutama barang-barang hiasan yang biasa dia kenakan saat bepergian, seperti sepatu, kaos kaki, hiasan kerudung, dan sebagainya. Karena itu, bersabarlah. Ingatkan dengan cinta. Bukankah di sana ada peluang bagimu untuk mencintainya dengan tulus? Sebab di antara makna ketulusan dalam cinta adalah mencintai secara utuh, lalu berupaya sungguh-sungguh untuk memperbaikinya.

Bukankah engkau menikah karena mengharapkan sahabat sejati dalam hidup yang saling mengingatkan dalam kebaikan, kesabaran, dan cinta? Begitupun istrimu. Dia mengharapkan dirimu untuk menyampaikan nasihat dan mengingatkan dirinya. Bukan memarahi. Menghakimi. Apalagi menceritakan keburukannya kepada orang lain.

Wallahu a’lam. [Pirman/keluargacinta]

1 Comment

  • Ibnu Muslim 27 Mei 2016

    Assalamu ‘alaikum
    Permisi, di atas disampaikan “Ialah sikap sabar yang dalam hadits disebut sebagai salah satu dari dua keajaiban yang hanya terdapat di dalam diri orang beriman.” Penasaran nih sama keajaiban yg satunya…
    Terimakasih…

Comments are closed.