Rumah Tangga

Larangan Membenci Pasangan dalam al-Qur’an dan Hadits

Jika disederhanakan, kiat untuk menggapai rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah adalah dengan mengikuti perintah Allah Ta’ala di dalam al-Qur’an dan meneladani sunnah-sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam yang mulia. Bersamaan dengan perintah tersebut, ada larangan-larangan yang harus dijauhi, tanpa boleh ditawar sedikit pun. Sebab semua yang berasal dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya adalah kebenaran sejati. Mustahil keliru.

Terkait larangan-larangan yang harus dijauhi dalam menjalani hidup rumah tangga adalah membenci pasangan. Tidak tanggung-tanggung, Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam melarang seorang suami membenci istrinya, dan sebaliknya. Larangan ini sebagaimana termaktub di dalam dua ayat al-Qur’an dan satu riwayat hadits berikut ini.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Qs. al-Baqarah [2]: 216)

Konteks ayat ini terkait perang. Namun maknanya amat luas, mencakup seluruh aspek kehidupan. Pun dalam kehidupan rumah tangga.

Ada begitu banyak sifat atau sikap pasangan yang tidak disukai oleh pasangannya, tapi justru di dalamnya terdapat hikmah yang sangat banyak.

Seorang istri yang sangat cermat dalam membeli sesuatu, misalnya, bisa jadi amat dibenci oleh suaminya karena menyita waktu yang lama dalam berbelanja. Namun, hal itu sangat bermanfaat bagi suami karena sangat membantu dalam menghemat uang belanja.

Maka makna ayat ini, dalam kaitannya hubungan suami istri, bisa berbunyi, “Bisa jadi engkau membenci sifat pasanganmu yang sedikit berkata-kata di hadapanmu. Tapi pahamilah, di balik kebiasaan itu ada kebaikan yang banyak, berupa terhindarnya kalian dari percakapan dusta dan sia-sia, serta selamatnya kalian dari hadirnya pihak ketiga dalam rumah tangga yang salah satu sebabnya lantaran ketertarikannya kepada pasanganmu yang pandai bertutur kata secara manis kepada semua pihak.”

Di tahap ini, kita harus pandai-pandai menelisik lebih dalam terkait sifat pasangan. Telitilah dengan cermat. Lihatlah secara teliti. Jika ada sesuatu yang menurut kita buruk, mungkin hanya karena kita belum menemukan potensi kebaikan di dalamnya.

Bersambung ke Larangan Membenci Pasangan dalam al-Qur’an dan Hadits (2)