Kebahagiaan yang paling tinggi adalah keyakinan bahwa kita dicintai, meski bagaimanapun keadaan kita. (Victor Hugo, dikutip oleh Salim A Fillah dalam Bahagianya Merayakan Cinta)
Setelah menikah, seharusnya masing-masing pasangan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk membuat pasangannya menjadi lebih bahagia. Bahagia dalam semua maknanya. Bahagia dalam seluruh tingkatannya. Bukan hanya bahagia yang terbatas pada cepaian fisik dan harta, tapi juga sikap dan nurani.
Sebagai suami, kita bisa membahagiakan istri dengan memberikan seluruh kebutuhan fisik dan materi. Makan yang cukup dan bergizi, rumah yang nyaman untuk ditinggali, dan pakaian yang bagus serta menjaga kehormatan diri.
Semua itu bisa dilakukan sesering mungkin, setiap hari. Pun bisa dipenuhi dari harga yang paling murah hingga paling mahal, sesuai dengan kesepakatan dan kondisi keuangan keluarga.
Sebagai suami, kita juga bisa membahagiakan istri dengan mengajaknya jalan-jalan. Mencari hiburan. Tidak harus mahal dan jauh, tapi bisa sekadar keluar rumah untuk menikmati pemandangan dan keriuhan yang terjadi di sekitar. Bisa juga melancong ke tempat yang sepi, untuk menikmati indahnya ciptaan Allah Ta’ala sembari menenangkan diri.
Jalan-jalan akan semakin membuat istri bahagia, ketika ada buah tangan yang dibeli, baik untuk kedua pasagan maupun keluarga yang di rumah; belanja. Itulah tabiat wanita. Itulah kesibukan yang senantiasa digandrungi kaum hawa meskipun lelah menggelayut di dalam dirinya.
Tapi, ada yang perlu diingat. Ada satu hal yang amat bisa membuat istri-istri Anda bahagia. Bukan sekadar bahagia, tapi kebahagiaan terbesar bagi makhluk yang lembut hatinya itu. Sayangnya, meski memiliki kontribusi terbesar dalam memengaruhi kebahagiaan istri, suami sering melalaikannya; bisa karena tidak tahu atau enggan mencari tahu.
Ialah perasaan menerima istri apa adanya. Menerima seluruh kekurangan istri dengan senyum, lalu diiringi komitmen yang tulus untuk memperbaikinya. Dan, bersyukur atas seluruh kebaikan yang dimiliki oleh istri, seraya melakukan upaya-upaya perbaikan agar suami ikut termotivasi menjadi sama atau bahkan lebih baik seiring berjalannya hari.
Jika penerimaan apa adanya ini tiada, yakinlah bahwa sandang, pangan, papan, dan semua jenis harta yang kau berikan pada istrimu tidak bermakna apa-apa, kecuali menambah sedih di dalam hatinya. Apalagi jika pemberian itu diungkit-ungkit tatkala istri lakukan kesalahan kecil dalam salah satu episode kehidupan cinta kalian berdua.
Mari bahagiakan istri kita.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]