Kehidupan setelah menikah memang sering tidak sesuai dengan harapan kita saat memutuskan untuk melamar atau menerima lamaran. Akan tetapi, apa pun kondisi yang dialami dalam kehidupan rumah tangga, percayalah bahwa ada banyak kebaikan di balik peristiwa tersebut. Sebab Allah Ta’ala sudah menjamin, tidaklah seorang hamba berniat melakukan Perintah-Nya dan Sunnah Nabi-Nya, kecuali ada kebaikan yang sangat banyak bagi hamba tersebut.
Wanita ini merupakan satu dari banyaknya istri yang harus menelan pil pahit setelah menjalani kehidupan pernikahan. Ia menikah dengan laki-laki yang keliru. Bukan hanya kasar dan tidak berilmu, laki-laki yang ia terima lamarannya ini juga enggan beribadah dan malas bekerja.
Wanita ini pun menjalani kehidupan bak malaikat yang keluar dari batas-batas kemanusiaan. Ia bekerja sejak pagi sampai siang, dilanjutkan sore dan baru pulang di malam hari. Ia harus mengupayakan nafkah untuk anak-anak dan suaminya selama bertahun-tahun.
Ia berkeliling dari satu sekolah menuju sekolah lain, dari satu tempat bimbingan belajar ke lokasi bimbingan belajar lain, dari satu privat menuju privat lain demi sesuap nasi dan beberapa lembar uang rupiah agar anak-anaknya bisa melanjutkan pendidikan.
Ia tidak kenal lelah. Ia terus berusaha. Meski badan, pikiran, dan ruh menjadi taruhannya.
Badannya sakit-sakitan karena jarang dipenuhi haknya. Pikirannya juga tidak terlalu berkembang karena minimnya waktu untuk belajar, hanya digunakan untuk mengajar pelajaran yang dikuasai. Ruhnya pun tidak terawat dengan baik karena berantakannya kualitas dan jadwal ibadah si wanita.
Anak-anak pun-sedikit banyak-menjadi korban. Tidak terlalu terurus. Ia tidak memiliki banyak waktu untuk membersamai, meski ia telah mengupayakan yang terbaik agar bisa senantiasa menamani tumbuh kembang anak-anaknya.
Terkesan aneh, meski suaminya sangat bermasalah (malas, kasar, dan jarang ibadah) tapi dari pernikahan tersebut, keduanya dikarunia anak yang terbilang banyak, lebih dari lima. Alhasil, selain tafsir kesabaran yang dijalani oleh wanita ini, ada juga satu pertanyaan yang kerap disampaikan, “Kenapa tidak menggugat cerai sejak awal?”
Di sinilah terletak hikmahnya. Allah Ta’ala menyelipkan hikmah yang sangat banyak di balik setiap Taqdir-Nya. Sedihnya, kita sering kali tidak memahami dan salah mengartikannya.
Lantas, mengapa wanita ini tidak menggugat cerai sejak awal nikah? Sepertinya, Allah Ta’ala memang hendak memuliakan wanita itu dengan anak-anak shalih/ah yang banyak jumlahnya.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]