Lanjutan dari Kiat Mendidik Buah Hati menurut Imam al-Ghazali
Berikan Pemahaman
Dalam hal ini, sampaikan semua hal yang dibolehkan dan yang terlarang. Termasuk di dalamnya menyampaikan hal-hal yang prioritas dan yang boleh ditunda pelaksanaannya.
Maka, sibukkan anak-anak dengan al-Qur’an, hadits, sejarah kehidupan sahabat, dan ilmu-ilmu bermanfaat lainnya. Hindarkan mereka dari sesuatu yang sia-sia, baik terkait pembicaraan, pendengaran, pengajaran, atau hal lain yang bisa memasukkan kerusakan ke dalam jiwa anak.
Penghargaan dan Hukuman
Jika anak-anak melakukan kebaikan, berikanlah hadiah yang patut. Tidak harus mahal, asalkan baik dan disertai ketulusan serta penghargaan yang tinggi. Berikan apa yang mereka butuhkan. Sesekali, tanyakan juga maunya. Jika kebaikan, jangan segan untuk mewujudkannya sebagai sebentuk penghargaan atas prestasi yang mereka torehkan.
Jika sebaliknya, sampaikan peringatan dan hukuman. Jangan sampai anak-anak terbiasa dengan kemalasan dan keburukan lainnya sebab berdalih, “Gini aja, ayah dan ibu tidak marah.” Sebab, metode memberikan hukuman ini juga terdapat di dalam al-Qur’an berupa ancaman neraka bagi seorang hamba yang kafir dan munafik.
Hubungan Timbal Balik
Sebagai orang tua, perhatikanlah sikap yang bijak kepada anak. Bersikaplah pertengahan dengan pandai menempatkan diri. Jangan sampai berlebihan sehingga dicap oleh anak sebagai sosok yang galak dan tak bisa diajak diskusi, jangan pula terlalu santai sehingga diremehkan oleh anak-anak.
Begitu pula yang seharusnya dilakukan oleh seorang ibu. Bersikap pertengahan, adil, dan tidak berlebihan.
Biasakan Sederhana
Jika dikurniai kekayaan, tetaplah hidup sederhana. Ajarkan sikap itu kepada anak sebaik mungkin. Sebab, Nabi pun bersikap sederhana. Selain itu, tak ada yang menjamin bahwa anak-anak pun akan hidup sekaya orang tuanya. Dengan membiasakan sederhana, seorang anak tidak akan berlaku sombong dengan materi atau minder saat berada dalam kekurangan harta.
“Hendaknya,” tutur Imam al-Ghazali, “dia dibiasakan dengan cara hidup yang keras (amat sederhana) dalam tempat tidur, pakaian, dan makanannya.”
Budayakan Keterbukaan
Ajarkan dan contohkan kepada anak untuk berkata jujur, sepahit apa pun akibatnya. Sampaikan kepada mereka, bahwa sikap berterusterang hanya akan menghasilkan kebaikan. Sebaliknya, berbohong-sekecil apa pun kadarnya-hanya akan menimbulkan keburukan dan memiliki potensi amat besar untuk mengundang kebohongan selanjutnya. [Pirman/Keluargacinta]