Menanamkan aqidah kepada anak amatlah penting. Karena inilah yang menjadi kunci kebahagiaan hidup seseorang di dunia dan akhirat. Hal ini pula yang menjelaskan, bahwa yang pertama kali disampaikan oleh Luqman al-Hakim kepada anaknya, sebagaimana termaktub di dalam al-Quran adalah perintah untuk tidak mempersekutukan Allah Swt.
Inilah tugas utama kita, sebagai orang tua. Kitalah yang kelak akan ditanya oleh-Nya tentang apakah yang telah kita perbuat untuk lurusnya keimanan anak-anak di kemudian hari.
Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Hasyr:18)
Menjelaskan Keberadaan Allah
Sangatlah mudah bagi kita untuk menjelaskan kepada anak tentang rumah, sepeda, pakaian, mainan, pohon, dan bunga. Anak bisa dengan mudah melihat, meraba, memakai, bahkan menaikinya. Namun, bagaimana menjelaskan kepada anak tentang Adanya Allah, sedangkankan makhluk tidak memiliki kemampuan untuk melihat Dzat-Nya, apalagi menyentuh-Nya?
Maka berikan penjelasan kepada anak mengenai keberadaan Allah Swt dengan cara melihat dan menyaksikan makhluk-makhluk ciptaan-Nya.
Ajaklah anak kita jalan-jalan ke sawah, kebun atau taman di sore hari. Pandulah mereka untuk menyaksikan indahnya suasana sore itu. Ada langit, gunung, mentari senja, sungai, pohon, gemericik air dan banyak lagi yang bisa diperlihatkan guna mengajarkan aqidah kepada mereka.
“Nak, langitnya bagus ya? Siapa yang menciptakannya?” Perkenalkan kepada anak kita,”Allah yang menciptakannya, Nak…”
Sekali waktu, ajak anak berpikir dengan analogi-analogi sederhana, “Kak, rumah kita ini, apakah tiba-tiba berdiri kokoh, atau dulunya hanya berupa tanah kosong yang kemudian dirancang oleh arsitek lalu dibangun oleh tukangnya?”
Kemudian jelaskan, “Jika rumah saja ada yang merancang dan membuatnya, bagaimana dengan sesuatu yang lebih besar dan rumit, seperti hutan, gunung, bumi, bahkan seluruh alam semesta ini? Mungkinkah diciptakan oleh manusia? Tidak,pasti ada yang meciptakanya. Dan Penciptanya itu adalah sesuatu yang lebih besar dan hebat dari manusia. Siapa?” Pancing rasa penasarannya, kemudian jawablah sepenuh sayang,“Allah-lah yang Menciptakannya, Nak.”
Kita pun bisa menjelaskan kepada anak melalui keteraturan alam semesta ini. Misalnya dengan bertanya, “Wahai Anakku, kenapa ya matahari dan bulan munculnya ngga pernah ketuker? Trus, bintang-bintang di langit yang sedemikian banyaknya itu, tidak pernah bertabrakan satu sama lain?”.
Lalu sampaikan dengan kasih, “Karena ada yang mengatur. Siapa, Nak sayang?” Berhentilah sejenak sebelum menerangkan dengan cinta,“Allah Swt.” Kemudian tambahkan dengan analogi yang sederhana dan bisa difahami, “Jika lalu lintas saja ada polisi yang mengatur supaya tidak terjadi kemacetan dan kecelakaan, maka lalu lintas di langit juga harus ada yang mengatur donk?” Lantas tegaskan,“Siapa? Dialah Yang Maha Berkuasa, Allah Yang telah menciptakan semua makhluk-Nya.” [Windy Anita Sari]
[alert type=notice]
Kelanjutan artikel ini bisa dibaca di Mengajarkan Tauhid Kepada Anak Melalui Dialog (Bagian 2)
[/alert]
1 Comment
Comments are closed.