Pernikahan

Mengapa Pernikahan Kita Tidak Berkah? (2)

Lanjutan dari Mengapa Pernikahan Kita Tidak Berkah?

Jangan-jangan, malam pertama tak lagi ada kesan lantaran sudah dicicipi jauh-jauh hari sebelum itu. Jangan-jangan, apa yang termasuk kejutan dan cicipan nikmat surga itu sudah pernah dilakukan sebelum akad, dengan terburu-buru dan mewariskan dosa serta rasa bersalah, hanya karena tidak mendapatkan izin dari orang tua atau agar terlihat sama dengan kebanyakan kelakuan manusia akhir zaman pada umumnya?

Ingatlah, Allah Ta’ala tidak hanya menilai hasil. Dia Ta’ala Mahaadil. Dia menilai proses. Dia Melihat kesungguhan. Setiap upaya pasti diberi balasan sesuai dengan motif di baliknya.

Amat sukar menggapai berkah, jika prosesnya saja sudah rusak. Apalagi berlama-lama menjalin hubungan tanpa status, berkali-kali jalan berdua, beralasan saat diingatkan, kemudian bertutur dengan rasa salah yang minimalis, “Biarkan. Allah Mahatahu. Tidak semua yang terjadi sesuai dengan keinginan kita.”

Gundhulmu!

Akad Nikah dan Walimah

Dalam berbagai kesempatan menghadiri akad nikah yang biasanya dilanjutkan dengan walimah pernikahan, saya sering bertanya kepada istri, “Bun, dari sekian banyak yang hadir, berapa orang yang datang dengan bismillah, senantiasa berdzikir di sepanjang perjalanan, dan hadir dengan doa barakah bagi kedua pasangan?”

Jika pertanyaan itu disampaikan kepada sahabat pembaca yang sudah menikah, mampukah menjawab berapa dengan angka? Berapa persen misalnya? Adakah separuh, satu perempat, sebagian besar, atau hanya sebagian kecil? Jangan-jangan, hanya secuil yang benar-benar sampaikan doa di hari nan dinanti itu.

Padahal, doa barakah itu yang paling utama. Doa-doa itulah yang menjadi salah satu sebab disyariatkannya walimah dan anjuran untuk menghadirinya.

Dan jika yang hadir saja tidak mendoakan, dari mana sebab berkah bagi pernikahan yang kita jalani?

Memang, doa tidak harus diperlihatkan. Tidak kudu disuarakan. Tapi, doa berasal dari hati. Doa itu memiliki resonansi. Doa itu ibarat gelombang yang bisa menggerakkan gelombang lain yang satu frekusensi.

Doa juga termanifestasi dalam raut wajah, bahasa tubuh, dan tutur kata. Alhasil, hati kita sudah mampu untuk menebak. Jiwa kita tak bisa berbohong.

Akan semakin rumit tatkala dalam walimah diiringi musik tanpa nuansa ruhani. Ditambah lagi jika musiknya suka-suka. Kemudian yang hadir hanya sibuk dengan hidangan, foto-foto, berdendang dan bergoyang. Termasuk penyanyi-penyanyi membuka aurat dengan gerakan mengundang syahwat.

Jika sedemikian ini, dimana letaknya berkah?

Semoga Allah Ta’ala ampuni dosa-dosa kita. Semoga Allah Ta’ala berkahi pernikahan dan rumah tangga kita. Aamiin.

Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]