Ada nikmat agung yang jarang disadari oleh seorang laki-laki bernama suami. Apalagi jika kadar kesuamiannya sudah berbilang lama; bertahun-tahun. Padahal, nikmat yang diremehkan ini didambakan oleh semua laki-laki normal di dunia ini, khususnya mereka yang belum dikarunia rezeki memiliki istri yang shalihah.
Nikmat itu adalah kedekatan dengan istri. Dekat dalam semua maknanya; fisik, satu visi dan misi, serta hati yang senantiasa berpelukan.
Kedekatan dengan istri secara fisik adalah satu di antara kunci ketenangan. Sebab, nikah adalah ibadah. Saat suami mendekati istrinya, ketenangan pun dilahirkan. Tenang yang tunai dan akan semakin bertambah seiring menebalnya kualitas cinta antara keduanya.
Ketenangan ini hadir lantaran adanya penerimaan. Bentuknya adalah syukur. Bahwa hadirnya istri, tiada lain tiada bukan, hanya karena Kuasa Allah Ta’ala. Dia yang Mahakuasa untuk mendatangkan istri bagi seorang hamba, Dia pula Yang Mahakuasa untuk menghilangkannya dari sisi Anda. Maka, sadari. Karenanya, syukuri. Dengan syukur, nikmat berdekatan dengan istri pasti bertambah.
Nikmat berdekatan dengan istri ini juga memiliki dimensi yang disebut mawaddah. Ketertarikan fisik. Seperti itulah fitrah laki-laki dan perempuan diciptakan. Saling mencintai. Adanya ketertarikan. Dan, akan semakin bertambah dengan intensnya hubungan badan. Ini halal. Berkah. Dan bernilai ibadah.
Nikmat berdekatan ini, dimensinya bukan hanya aktivitas ‘khusus’. Tapi terdapat pula dalam banyak kedekatan di luar itu. Sekadar duduk di ruang tamu sembari menikmati makanan ringan, bercengkerama di teras rumah sembari meneguk secangkir minuman hangat berdua, jalan ke tempat yang disepakati dan dipenuhi kebaikan dengan berboncengan sepeda atau motor, jalan dan tidur bergandengan tangan, dan sebagainya.
Kedekatan-kedekatan itulah nikmat yang akan semakin menyatukan visi dan hati. Kedekatan fisik merupakan awal yang menjadi pemicu kedekatan lain yang lebih intens dan menumbuhkan. Apalagi jika Anda menyadari satu hal, “Ada begitu banyak suami dan istri yang tak suka berdekat-dekatan karena satu dan lain hal. Ada pula banyak laki-laki yang benar-benar mendambakan nikmatnya berdekatan dengan istri karena memang belum dikaruniai jodoh.”
Maka, syukurilah nikmat agung yang jarang diperhitungkan ini. [Pirman/Keluargacinta]