Sudah hampir satu pekan berlalu, pernikahan Muhammad Alvin Faiz dan Larissa Chou masih menjadi perbincangan publik maya dan nyata. Diliput oleh media cetak, siar, dan online menjadikan nikah muda dua pasang insan ini semakin sedap untuk dilihat dari berbagai sisi.
Meski banyak yang memuji keberanian Alvin dan kemantapan hati Larissa, tak sedikit pula yang mencaci, mencibir, sampai menghina anak dan menantu dai kharismatik Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham ini. Lebih ironis tatkala mereka yang mencibir juga bagian dari kaum Muslimin.
Apa saja bentuk cibiran yang akhirnya menodai kesucian pernikahan Alvin dan Larissa? Berikut ini kami simpulkan dari berbagai perbincangan di banyak forum.
Maklumlah, Anaknya Kiyai
Ketika pertama kali menyebarkan artikel tentang pernikahan remaja hafal al-Qur’an yang baru berumur 17 tahun ini, salah satu jawaban menarik berasal dari seorang kawan. Katanya, “Maklumlah. Anaknya Kiyai.”
Saat kita melihat pernikahan Alvin dan nama besar sang ayah, dan jika harus membandingkan, maka pembandingnya pun harus setara dalam hal yang dibandingkan. Asumsi anak kiyai salah satunya dinisbatkan pada luasnya jaringan, kepemilikan harta dan kepopuleran, serta berbagai hal lain terkait duniawi.
Maka menjadi tidak adil tatkala membandingkan anak kiyai dengan sebagian kita yang bukan siapa-siapa. Meski tidak layak disandingkan, cobalah mengambil pembanding pada sosok artis, misalnya.
Bukankah jika anak kiyai bisa nikah muda lantaran ayahnya punya banyak uang dan mampu memfasilitasi, maka para artis pun bisa bertindak demikian kepada anak-anaknya? Sayangnya, ada begitu banyak artis dan orang ternama negeri ini dan berbagai belahan bumi lainnya yang justru tidak bergegas menikahkan putra-putrinya, tapi membiarkan mereka berlama-lama dalam zina pacaran.
Sehingga perkataan ‘maklumlah, anak kiyai’ hanya merupakan bentuk kesakitan jiwa lantaran tidak mengapresiasi kebaikan yang coba dilakukan oleh orang yang berusaha menjadi baik.
Iyalah, Istrinya Cantik
Kalimat ini semakin kacau. Fisik dijadikan ukuran. Secara tidak langsung, mereka berkata, “Jika calon istrinya berkulit hitam dan tidak menarik secara fisik sedikit pun, mungkinkah sang laki-laki melanjutkan proses menuju pernikahan itu?”
Jika alasannya cantik lalu dinikahi, bukankah pacarnya anak seorang artis yang juga menawan dan cantik, tapi sampai sekarang belum menikah? Bukankah mereka justru asyik memamerkan zina pacaran berupa jalan berdua, bergandengan tangan, bahkan interaksi membuka aurat dan melakukan hubungan yang seharusnya hanya dilakukan oleh sepasang suami istri?