Sebagai sepasang suami istri yang beragama Islam, kita harus menempatkan jima’ sebagaimana disyariatkannya. Ia merupakan ibadah unggulan yang berpahala besar bahkan setara dengan sedekah. Ia merupakan ibadah yang tidak hanya membuat hati tenang dan pikiran cemerlang, tapi juga menghasilkan nikmat di dalam badan dan kebugaran.
Tentunya jika jima’ dikerjakan dengan benar. Ialah memperhatikan syariat Allah Ta’ala dan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dalam banyak haditsnya. Selain itu, guna menggapai jima’ yang berkualitas, kita juga harus merujuk kepada rekomendasi orang-orang shalih yang bisa kita jumpai di banyak sumber.
Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi mengawali nasihatnya kepada para suami yang hendak mendatangi istrinya, “Sangat dianjurkan untuk melakukan permainan beberapa saat dengan istri sebelum masuk ke ‘intinya’, untuk menghidupkan syahwatnya. Agar dia bisa merasakan jima’ sebagaimana yang dirasakan oleh suami.”
Jangan buru-buru. Mulai dengan yang ringan-ringan. Awali dengan saling bertutur atau aktifitas menautkan hati lainnya. Jika hati sudah terhubung, lanjutkan dengan interaksi yang lebih besar, perlahan-lahan hingga sampai ke ‘menu utama’.
Sangat tidak dianjurkan ‘to teh point’ sebab dampaknya menyakitkan bagi istri. Bukan hanya menciderai fisik, tapi juga melukai perasaan yang dampaknya pada kebuntuan dalam berpikir serta bertindak. Mengerikan.
Sedangkan Khalifah Umar bin Abdul Aziz menyampaikan nasihat, “Jangan segera melakukan ‘penekanan’ sebelum istri ‘terhubung’. Agar Anda (sebagai suami) tidak selesai lebih dahulu. Anda bisa mengecupnya, memberikan respons-respons fisik (yang ringan) dan sejenisnya. Jika istri sudah terlihat ‘naik’, sama dengan Anda, silakan masuk ke ‘menu utama.”
Inilah di antara mulia dan sempurnanya Islam. Islam bukan agama yang parsial. Islam sangat akomodatif dengan hajat hidup manusia, baik pemeluk maupun di luar Islam.
Mungkin, hal ini dianggap tak layak dijadikan bahan diskusi oleh kepercayaan lain. Tapi di dalam Islam ada kemudahan dan referensi yang amat cukup terkait ibadah yang satu ini. Maka beruntunglah, sebab kita diberi panduan yang lengkap dalam seluruh aspek kehidupan.
Perhatikanlah dua nasihat orang shalih terkait jima’ ini. Mudah-mudahan Anda mendapatkan apa yang selama ini dicari.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]
*Perkataan Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz kami kutip dari buku Sutra Ungu tulisan Ustadz Abu Umar Basyir.