Keuangan

Sedekah Tidak Mengurangi Harta, Bahkan Bertambah dan Bertambah

sedekah tidak mengurangi harta

Sebagian orang enggan bersedekah karena ia takut hartanya berkurang atau jatuh miskin. Ini adalah salah satu bentuk syubhat yang dihembus syetan. Wasawisusy syaithan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mensabdakan bahwa sedekah tidak mengurangi harta. Dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim, beliau bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Sedekah tidak mengurangi harta.” (HR. Muslim)

Bagi orang yang tidak beriman, ia mungkin akan membantah dengan pendekatan matematis. “Kalau saya punya uang satu juta, lalu saya sedekahkan 100 ribu. Bukankah uang saya berkurang, tinggal 900 ribu?”

Bagi orang yang beriman, ia sangat yakin dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahwa apa yang beliau sabdakan pasti benar. Apa yang beliau janjikan pasti akan menjadi kenyataan.

Konsep Keberkahan

Bagi orang-orang yang beriman, mereka percaya bahwa ada aspek lain di atas perhitungan matematis. Namanya keberkahan. Barokah. Sesuatu yang kadang sulit dihitung tetapi benar-benar nyata dan terasa.

Misalnya dua orang yang sama-sama punya uang satu juta. Yang satu sedekah 100 ribu. Satunya lagi tidak mau sedekah sama sekali. Dengan uang 900 ribu di tangannya, orang pertama merasa bahagia dan bisa membahagiakan keluarganya. Bisa dibelikan konsumsi untuk keluarga selama beberapa hari, beli pulsa untuk sekolah online anaknya, serta bayar listrik.

Kalaupun tidak mendapat yang lain, kebahagiaan dalam sedekah saja sudah cukup. Senilai dengan sedekah itu bahkan lebih besar. Namun tidak berhenti di situ. Istrinya bersyukur, anaknya berbakti, keluarga harmonis, pendidikan lancar. Hadir sakinah (ketenangan) dalam keluarga. Maka ia pun tenang dan berpestasi dalam pekerjaannya. Sepekan kemudian, omsetnya lebih besar dan penghasilannya lebih banyak.

Sementara orang yang tidak mau bersedekah, kalaupun tidak terjadi apa-apa, ia tidak merasakan kebahagiaan berbagi sebagaimana orang pertama. Apalagi jika ia tidak mau bersedekah karena bakhil level akut. Uang sejuta habis dalam sekejab. Ia boros, istrinya boros, anaknya foya-foya. Lebih tragis lagi kalau uang itu akhirnya ludes karena hilang maupun digunakan berobat sebab sakit atau kecelakaan.

Baca juga: Doa Keluarga Bahagia

Fakta Empiris Sedekah Tak Mengurangi Harta

Rasulullah sudah bersabda dan pasti benar adanya. Fakta empiris menunjukkan, tak ada orang yang jatuh miskin karena sedekah. Bahkan demikian banyak orang-orang yang hartanya semakin banyak dengan sedekah.

Abu Bakar Ash Shiddiq pernah menginfakkan seluruh hartanya. Pada Perang Tabuk. Jauh-jauh hari sebelum keberangkatan pasukan, Rasulullah mengumumkan jihad menghadapi pasukan Romawi itu.

Para sahabat pun bergegas menginfakkan hartanya masing-masing untuk membiayai perang. Umar bin Khattab merasa, saat itulah momentum tepat untuk mengungguli Abu Bakar. Maka ia menginfakkan seluruh hartanya. Ternyata setelah itu Abu Bakar datang dan menginfakkan seluruh hartanya.

“Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?”

Mendapat pertanyaan seperti itu dari Rasulullah, Abu Bakar menjawab dengan mantap. “Aku tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya.”

Mengetahui itu Umar mengatakan, “sejak saat ini aku sadar, aku tak mungkin bisa mengalahkan Abu Bakar.”

Para sahabat berlomba-lomba dalam berinfaq. Gemar bersedekah dan sedekahnya nggak main-main. Dan tidak pernah terjadi setelah sedekah lalu mereka jatuh miskin.

Abu Bakar yang menginfakkan seluruh hartanya, tidak kemudian jatuh miskin. Tak lama setelah itu ia kembali menjadi kaya raya. Bahkan lebih kaya dari sebelumnya. Demikian pula Umar yang menyedekahkan separuh hartanya. Demikian pula Abdurrahman bin Auf yang pernah membiayai perang seorang diri. Harta mereka semakin berlimpah dan penuh berkah. Barakallah

Kalau kita perhatikan orang-orang di sekitar kita yang gemar bersedekah, mereka juga tidak menjadi jatuh miskin. Bahkan hartanya semakin bertambah, bertambah dan bertambah. Persis seperti hadits lain yang ada tambahan: bal yazdad, bal yazdad, bal yazdad. Sebab janji Rasulullah itu berlaku selamanya. Dulu, kini dan nanti. Baik di masa normal maupun di masa pandemi. [Muchlisin BK/KeluargaCinta]