“Keadaan seperti ini tentu akan menjadi kemelut bagi keluarga. Yang mengalami kebingungan bukan hanya istri, namun juga anak-anak. Mereka akan mengalami kekacauan dan kegelisahan karena melihat orang tuanya tidak mampu mengatasi kesulitan keluarga.”
Kalimat di atas dituturkan oleh Drs Muhammad Thalib dalam Menuju Pernikahan Islami ketika menjelaskan satu di antara lima belas sikap yang harus dimiliki oleh suami idaman. Ialah kepemimpinan dan kemampuannya untuk bertanggungjawab terhadap persoalan yang dialami oleh istri dan anak-anaknya.
Sikap kepemimpinan seorang suami ini secara khusus ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam surat an-Nisa [4] ayat 34.
“Laki-laki adalah pemimpin kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian lainnya, dan karena mereka telah membelanjakan harta mereka.”
Sikap kepemimpinan seorang suami amatlah penting dalam menentukan bahagia dan berkahnya sebuah rumah tangga. Laki-laki yang bertanggungjawab tidak akan pernah membiarkan istri dan anak-anaknya menuju jurang sengsara dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Terkait kesukaran dunia, seorang suami idaman akan bekerja dengan sungguh-sungguh demi mencukupi kebutuhan anak dan istrinya. Mereka akan mencari berbagai peluang, berdiskusi dengan banyak orang, dan melakukan upaya-upaya ikhtiari lainnya, agar keluarganya bisa mengatasi berbagai persoalan hidup terkait sandang, papan, dan pangan.
Sebagai bentuk kesungguhannya dalam hal ini, suami idaman bukanlah sosok yang suka menghabiskan waktu dalam kesia-siaan. Ia benar-benar mengoptimalkan waktu untuk kegiatan-kegiatan yang bisa memudahkan jalannya dalam menggapai kemudahan hidup bagi istri dan anak-anaknya.
Terkait urusan akhirat, seorang suami idaman akan mendidik istri dan anak-anaknya agar menjadikan Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai prioritas dalam hal ketaatan. Karena hal inilah yang mampu menyelamatkan seseorang dari siksa neraka yang pedih. Hal ini pula yang menjadi jaminan kebahagiaan bagi seorang hamba, kelak di surga.
Jika sikap kepemimpinan ini tidak dimiliki oleh seorang laki-laki, maka rumah tangga yang dijalani hanya akan menuju jurang kebinasaan. Bermula dari hilangnya kepercayaan dari istri dan anak-anak serta anggota keluarga lain, sampai pada menumpuknya masalah yang bisa meledak sewaktu-waktu hingga menghancurkan kelangsungan rumah tangganya.
Akibat ini selayak yang disampaikan oleh Drs Muhammad Thalib di awal tulisan ini, “Keadaan seperti ini tentu akan menjadi kemelut bagi keluarga. Yang mengalami kebingungan bukan hanya istri, namun juga anak-anak. Mereka akan mengalami kekacauan dan kegelisahan karena melihat orang tuanya tidak mampu mengatasi kesulitan keluarga.”
Wahai Muslimah, telitilah calon suamimu sebelum memutuskan untuk menerima pinangannya.
Wahai laki-laki Muslim, siapkan sikap ini dengan baik, latih dan upayakanlah ketercapaiannya. Jangan berpangku tangan.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]