Kami tidak bisa menerka bagaimana perasaan wanita ini. Sebagai tetangga, dia terkenal dengan solidaritas dan setia kawannya. Di mana pun ada tetangga yang hajatan, misalnya, wanita ini selalu berada di barisan depan untuk menawarkan bantuan; baik materi, tenaga, maupun finansial.
Ketika yang hajatan jauh dari kediamannya, tak jarang wanita ini menggalang tetangga lain; melakukan koordinasi, menarik iuran, lantas mencari mobil sewaan untuk dijadikan angkutan bersama.
Saban pekan, wanita ini juga aktif dalam kegiatan pengajian. Bisa satu, dua, bahkan tiga kali dalam kurun masa tujuh hari. Mulai dari pengajian rukun tetangga, pengajian rutin rukun warga, hingga pengajian insidental saat ada tetangga yang hajatan, atau keperluan lainnya.
Sebagai istri, wanita ini tergolong aktif. Saat suaminya belum mendapatkan pekerjaan tetap, dia tak segan-segan mencari pekerjaan, sekadar menjadi buruh cuci, atau pekerjaan rumahan lainnya. Saban hari berangkat. Tak kenal lelah. Jarang terdengar keluh kesah dari lisannya.
Tak menyangka, episode kehidupan wanita ini semakin rumit tatkala suami yang dicintainya didapati memiliki wanita idaman lain. Sejatinya, dia sudah menerka sejak lama. Hampir setiap hari, suaminya sibuk dengan perangkat tersebut cerdas di tangannya. Semakin ketara ketika dia memasang headseat sembari berbicara dengan sesosok entah. Seraya berbisik-bisik.
Hampir setiap malam. Dari awal hingga tengah malam. Di depan rumahnya. Dia hanya mengintip, sebab tidak tahu harus berbuat apa. Apalagi, dia bukan wanita masa kini yang piawai menggunakan perangkat lunak hingga tak bisa melakukan penyelidikan secara intensif.
Saat memberanikan diri melakukan konfirmasi, kecurigaannya pupus seketika sang suami berkata, “Pekerjaanku memang begini. Main di dunia kontraktor bukan hal mudah. Kadang, ada pengiriman material bangunan yang terlambat hingga harus dikontrol secara intensif sampai larut malam. Pahamilah.”
Entah bagaimana mulanya, keributan itu benar-benar terjadi di pagi itu. Wanita ini memastikan, suaminya benar-benar kehilangan sayang kepadanya, atau ingin menambah namun tak berani.
Lantaran keributan yang tak bisa disembunyikan dari tetangga-tetangganya, laki-lakinya itu segera pergi dari rumah. Malam itu juga. Pagi harinya, ia pulang. Tak lama. Hanya berganti baju, mengambil beberapa pakaian, dan segera pergi tanpa pesan apa pun.
Wahai para istri, bersabarlah dan senantiasalah meminta agar Allah Ta’ala melindungi diri dan keluargamu. Mohonlah perlindungan, agar suami senantiasa dalam keberkahan dan penjagaan-Nya. Bersikap hati-hatilah dengan menjaga diri. Jangan segan untuk mengingatkan dan menasihati dengan santun jika ada yang tidak beres dalam sikap yang ditampakkan oleh pasanganmu.
Semoga apa yang terjadi dalam kisah nyata ini tidak menimpa rumah tangga kita. Semoga apa yang dialami oleh pasangan ini menjadi pelajaran berharga dan mereka segera disatukan dalam naungan suci bernama pernikahan. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]
1 Comment
Comments are closed.