Seorang suami mengeluh kepada sahabatnya. Seleranya terhadap istri menurun, setelah sebelumnya menggebu-gebu dan tak bisa menahan saat bertemu. Dulu, berpisah dalam hitungan jam saja, rindu langsung terbit. Saat pertama kali bertemu, bukan hanya salam, tapi ciuman selalu mendarat di kening dan pipi istri, lalu berlanjut pada aktivitas ibadah menyenangkan penuh kemesraan.
“Sekarang,” kata laki-laki itu menuturkan, “tidur berdampingan pun tak pernah menyentuh. Bahkan saya lebih sering tidur di sofa atau ruang tamu.” Sebabnya, masih menurut laki-laki itu, “Istri saya tidak secantik dulu.”
Astaghfirullahal ‘azhiim…
Fenomena ini sangat banyak kita jumpai dalam kehidupan nyata. Seorang suami mengeluhkan penampilan istrinya. Tak secantik dulu, tidak seseksi waktu pertama bertemu, tidak sekencang waktu belum punya anak, dan keluhan-keluhan lainnya.
Andai para suami itu mau sedikit bermuhasabah dan meneliti kehidupannya setiap jenak, niscaya mereka akan terbelalak dengan fakta yang ada. Andai para suami mau merenung, yang menjadi sebab menurunnya kecantikan para istri, sejatinya bukan dia atau orang lain, tapi dirinya sendiri sebagai seorang suami. Ya. Para suami merupakan sebab utama memudarnya kecantikan istrinya.
Perubahan fisik setelah menikah adalah kemestian. Bahkan, jika tak berubah, ada hal tak beres yang terjadi di rumah tangga tersebut. Bahwa melar, melebar, dan sejenisnya adalah tabiat dari fisik itu sendiri, yang ianya menjadi sunnatullah hingga mustahil dihindari.
Pertama, hendaknya suami berpikir, apakah nafkah yang dia berikan sudah cukup untuk membeli bedak, lipstik, dan seabreg perlengkapan dandan lainnya? Sudahkah dia mengalokasikan dana bagi istrinya untuk pergi ke pusat kebugaran, perawatan kecantikan, dan hal-hal sejenisnya?
Jika belum, jangan salahkan istrimu! Tapi, pikirkanlah bagaimana caranya membuat dia mulia dengan menuruti apa yang mereka butuhkan terkait kecantikan.
Kedua, sudahkah Anda, wahai para suami, benar-benar melakukan perintah Allah Ta’ala untuk menundukkan pandangan mata? Sudahkah Anda benar-benar melakukannya saat di perjalanan, di tempat kerja, dan saat-saat berada di depan ponsel canggih atau layar televisi?
Sudahkah Anda menunduk dan benar-benar meminta kepada Allah Ta’ala agar mata Anda terjaga dari yang haram dan hanya puas dengan yang halal dan diberkahi? Sudahkah Anda menganggap segala jenis pemandangan haram itu sebagai sesuatu yang menjijikkan, atau justru Anda menggemari dan berlangganan menikmatinya?
Jika terhadap pandangan saja Anda belum bisa menjaga, itulah sebab utama mengapa kecantikan istri Anda semakin pudar. Sebab semakin sering Anda melihat sesuatu yang haram dan menikmatinya, maka yang halal, berkah, dan nikmat tak kuasa lagi memuaskan hati Anda.
Semoga Allah Ta’ala menjaga pandangan kita, para suami, agar puas dengan yang halal, berkah, dan nikmat saja. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]
16 Comments
Comments are closed.