Para laki-laki Muslim harus senantiasa menuntut ilmu agar memahami kewajibannya dengan baik sebagai seorang suami bagi istri dan ayah bagi anak-anaknya. Ketika berhenti belajar, amat mungkin para suami akan terjerumus ke dalam julukan laki-laki yang hina sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dalam riwayat Imam Ibnu Asakir Rahimahullahu Ta’ala.
“Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik terhadap istrinya.”
Saat kita telah menjadi suami, peluang untuk menjadi manusia terbaik sangat terbentang luas di hadapan mata. Cukup berbuat baik kepada istri dengan melakukan semua kewajiban dan tidak menuntut hak secara berlebihan, predikat suami terbaik sudah berhak kita terima.
“Dan aku (Rasulullah) adalah orang yang paling terhadap istriku.”
Bak nikmat yang dibentangkan, kita diberi kiat yang amat jitu dan pasti ampuh. Ketika kita berniat menjadi laki-laki terbaik, maka teladanilah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dalam seluruh aspek, khususnya dalam berinteraksi dengan pasangan.
Bagaimana beliau bertutur, bersikap, dan membantu istri-istrinya. Bagaimana yang beliau kerjakan saat para istri melakukan kekeliruan. Apa yang beliau lakukan untuk semakin mendekatkan istri-istrinya kepada Allah Ta’ala, dan lain sebagainya.
“Tidaklah memuliakan wanita itu, melainkan orang yang mulia.”
Semua yang dilakukan oleh seorang suami terhadap istrinya dalam upaya menggapai derajat manusia terbaik adalah dengan melakukan kerja-kerja pemuliaan kepada sang istri. Memuliakan dengan penerimaan, niat memperbaiki, dan semua hal yang dimiliki oleh istri, lantas mengarahkannya agar senantiasa dekat dengan Allah Ta’ala.
“Dan tidaklah orang yang menghinakan wanita, kecuali orang yang hina.”
Betapa hinanya laki-laki yang bersikap arogan, padahal minum air putih saja diambilkan oleh istrinya. Betapa hinanya laki-laki yang suka marah, padahal semua pakaian diurus oleh istrinya dengan perawatan terbaik. Betapa tidak memiliki malu seorang suami yang suka menyalahkan istrinya, sementara dirinya sendiri amat jarang berbuat benar.
Dan betapa tercelanya seorang suami yang sibuk menuntut hak, sementara banyak sekali kewajibannya terhadap istri yang terabaikan; baik lahir maupun bathin.
Hendaknya para suami rajin memohon ampun kepada Allah Ta’ala dan bergegas mencari ilmu hingga memahami apa yang seharusnya dia lakukan. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]
1 Comment
Comments are closed.