Para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah komunitas yang paling bersemangat dalam menjalankan berbagai macam proyek amal saleh. Mereka melakukan itu dengan kualitas terbaik sehingga layak diteladani oleh generasi setelahnya. Pun, terkait cara mengajari anak-anak agar senantiasa menjalankan puasa.
Berikut ini di antara riwayat yang menjelaskan rahasia sukses sahabat Nabi dalam mengajarkan puasa kepada anak-anak.
“Dahulu, kami berpuasa dan mempuasakan anak-anak kami yang masih kecil,” demikian ini dituturkan oleh Rabbi’ binti Muawwiz. Guna menghibur anak-anak agar lupa dengan rasa lapar yang mendera hingga datangnya waktu Maghrib, mereka pun, “Kami membuatkan mereka mainan dari bulu domba.”
Dengan mainan itu, lanjutnya sebagaimana diriwayatkan Imam al-Bukhari, “Apabila salah satu dari mereka menangis karena lapar, maka kami memberinya mainan tersebut sampai datang masa berbuka.” Yang lebih menakjubkan, sebagaimana disebutkan oleh Dr. Thal’at Muhammad ‘Afifi Salim, rupanya mereka melakukan ini saat puasa sunnah ‘Asyura, bukan puasa wajib Ramadhan.
Dari riwayat ini, ada beberapa hal yang bisa kita simpulkan untuk dijadikan panduan bagi kaum Muslimin yang hendak mendidik anak-anaknya agar berpuasa sejak dini.
Pertama, penggunaan kata ganti ‘kami’ dalam riwayat tersebut menunjukkan bahwa para sahabat melakukan ini secara jamaah.
Maknanya, komunitas kaum Muslimin di sebuah daerah harus seiring dan sejalan melakukan amalan ini. Hanya dengan ini, anak-anak akan menikmati dan bisa menjalankan misi ‘latihan’ puasa dengan gemilang.
Pasalnya, sebagaimana dialami oleh salah satu keponakan kami, saat diajarkan untuk berpuasa, sering kali ia berkata, “Masalahnya Bu….,” tuturnya manja, “teman-teman pada gak puasa. Jadi pas Adek menahan lapar dan ngiler, teman-teman malah kekenyangan menyantap makanan.”
Oleh karenanya, kepada keponakan kami ini, penulis mengatakan, “Biarin Adek ngiler di dunia. Nanti mereka gantian ngiler di surga.”
Kedua, dimulai dengan puasa sunnah.
Dengan asumsi; yang sunnah saja diajarkan, apalagi yang wajib?; yang dianjurkan saja dikerjakan, apalagi yang harus dan berdosa jika ditinggalkan? Dengan membiasakan sunnah, insya Allah akan mengalami kemudahan saat melakukan yang wajib. [Pirman]