Setelah menolak lamaran ‘Umar bin Khaththab, ‘Ali bin Abi Thalib, dan Zubair bin Awwam, Ummu Aban bin ‘Utbah bin Rabi’ah menerima lamaran Thalhah bin ‘Ubaidilah. (Baca: Wanita yang menolak lamaran)
Inilah enam sifat yang disukai dari seorang Thalhah bin ‘Ubaidillah hingga lamarannya diterima oleh Ummu Aban.
Jika masuk rumah, ia akan memasukinya dengan tertawa
Rumah adalah surga pertama bagi pasangan suami istri. Maka suasana di dalam rumah akan sangat berpengaruh terhadap kondisi penghuninya saat di luar rumah.
Seorang suami yang baik, ia akan memisahkan urusan pekerjaan (luar rumah) dengan apa yang dihadapi di dalam rumah. Karenanya, ia hanya akan memasuki rumah dengan tertawa, sebab ingin sampaikan pesan kepada istrinya, “Sayang, aku bahagia hidup bersamamu. Apa pun masalahnya, mari lupakan sejenak. Aku ingin bahagia saat ada di sisimu.”
Jika keluar rumah, ia akan keluar dengan tersenyum
Keluar rumah dengan senyum adalah seni yang mengandung harapan kebaikan di dalamnya. Ketika langkah pertama diiringi dengan menyebut nama Allah Ta’ala dan senyum yang ikhlas, maka sinyal yang dikirimkan kepada istri yang menanti di rumah adalah, “Tenanglah. Aku akan baik-baik saja di luar sebab doa yang senantiasa kaupanjatkan untukku.”
Jika aku meminta sesuatu, ia akan memberikannya
Bahagia tak ada kaitannya dengan kemewahan. Permintaan istri tidak selalu berbentuk hal-hal yang mahal. Seorang suami akan berupaya sekuat kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sang istri sebelum ia memintanya. Bahkan untuk melakukan hal itu, seorang suami siap untuk memberikan yang terbaik bagi istrinya. Seolah-olah, suami berkata, “Sayang, aku akan melakukan apa pun untuk kebaikanmu, sebagai bukti cinta kita.”
Jika aku diam, dia akan memulai pembicaraan
Kadang, komunikasi dalam rumah tangga mangalami kejenuhan karena satu dan lain hal. Maka seorang suami idaman adalah sosok yang tak segan memulai perbincangan dengan istrinya. Ia akan bertanya banyak hal; mulai yang pokok hingga remah, demi mengetahui perasaan istri dan kebutuhannya untuk didengarkan.
Jika aku melakukan sesuatu, ia akan berterima kasih
Laki-laki sejati adalah ia yang tak malu-malu akui kelebihan pasangannya. Ia akan dengan senang hati mengucapkan terima kasih sebagai bumbu-bumbu cinta dalam rumah tangganya. Bahkan, terima kasih yang ia lontarkan berlaku pula untuk kebaikan istri yang terlihat kecil, tapi memiliki dampak yang vital dalam kehidupan sehari-hari.
Jika aku berbuat salah, ia akan memaafkannya
Tak ada istri yang bebas dari salah. Mustahil pula seorang suami bebas dari khilaf. Maka saling memaafkan adalah kunci kebaikan. Suami yang baik akan mudah memaafkan, sebagaimana ia pun membutuhkan maaf atas semua kesalahan dan khilaf yang ia lakukan.
Setelah terima kasih, maaf adalah ramuan mujarab yang akan semakin menumbuhsuburkan bangunan cinta dalam rumah tangga. [Pirman]
1 Comment
Comments are closed.