Sungguh berat ujian yang dijalani dalam bahtera bernama rumah tangga. Sebab itu, hanya dengan iman dan takwalah para penumpangnya bisa selamat sampai dermaga surga. Maka sepanjang pelayaran dalam samudera kehidupan itu, ada ombak masalah, badai ujian, terik kegersangan, dan gigil dingin bernama kebosanan yang sering menyiksa.
Iman dan takwa, adalah yang utama. Jika di dalam bahtera rumah tangga terdapat cinta, maka iman dan takwa akan membimbing penumpang dalam bahtera itu menuju koridor yang benar hingga mereka bergegas dan saling bantu dalam mencintai Allah Ta’ala.
Dan, ketika dalam perjalanan di bahtera itu cinta berkurang hingga kering kerontang; yang karenanya tak ada lagi rindu saat jauh atau gelora cinta saat dekat; maka iman dan takwa akan menjamin bahwa masing-masing penumpang di dalamnya tak akan menyimpang dari syariat yang telah Allah Ta’ala gariskan.
Maka penting untuk menjaga diri, dan menutup rapat-rapat kemungkinan-kemungkinan buruk yang mengancam keselamatan bahtera itu. Baik berupa lubang kecil lantaran menceritakan masalah kepada orang lain, atau dengan sengaja melubangi bahtera sehingga seluruh air masalah bisa masuk dan menenggelamkan seluruh penumpangnya.
Suami-istri dalam pernikahan, adalah sama dalam hal hak dan kewajiban. Jika suami berkewajiban memberikan nafkah, maka istri pun berkewajiban menggunakan nafkah tersebut sebaik mungkin. Jika suami berkewajiban menjaga istri dan anak-anaknya agar tak tersulut api siksa, maka istri dan anak pun harus menuruti seruan sang suami dan ayahnya.
Sebab, ketika ada yang timpang, dari sanalah ujian bermula. Repotnya, ketimpangan dalam bahtera rumah tangga ini bisa bermula dari hal yang dianggap kecil, sehingga ianya terabaikan. Karenanya, ilmu memiliki peranan amat penting dalam menunjang keselamatan iman dan takwa di bahtera itu; hingga sampai ke dermaga surga.
Ketimpangan ini, akan semakin oleng jika disikapi dengan kufur nikmat. Alhasil, masalah kecil dibesar-besarkan, istri menuntut, suami acuh, hingga berujung pada niat untuk berpisah.
Dalam tahap ini, masing-masing bisa melupakan kebaikan pasangannya. Meskipun pernikahan mereka sudah berjalan puluhan tahun, misalnya. Apalagi, setan akan senantiasa menggoda, dan program utama mereka adalah menceraikan pasangan suami istri.
Sebab itu, hampir semua ayat tentang perceraian dalam al-Qur’an selalu dikaitkan dengan nasihat untuk bertakwa. Karena hanya dengan takwa itulah seseorang bisa selamat di dunia dan akhirat.
Bagi lelaki, penting untuk mengevaluasi kepemimpinannya selama ini. Apakah kewajiban sudah tertunaikan dengan baik, atau sebaliknya? Apakah ada hak istri yang sengaja dilalaikan, meski mampu untuk menjalankannya?
Sedangkan bagi istri, penting untuk senantiasa bersyukur. Ingat juga, meski mengajukan cerai dibolehkan, ada sebuah hadits tentang beratnya balasan atas perbuatan itu, jika tidak didasari alasan yang syar’i. Apakah janji yang diberikan kepada wanita yang sembarangan ajukan cerai?
“Wanita mana saja yang meminta cerai kepada suaminya,” sabda Nabi suatu ketika, “dengan alasan yang tidak dibenarkan, maka diharamkan baginya wangi surga.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dikutip oleh al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya. [Pirman]