Lanjutan dari Jangan Pernah Lakukan 3 Hal Ini Kepada Istrimu!
Jangan Bandingkan dengan Wanita Lain
Sebagaimana Anda yang banyak salah, istri pun memiliki sekian daftar kekurangan. Tiada manusia yang sempurna. Tak ada sepasang manusia yang tanpa cela. Anda bukan menikah dengan bidadari. Yang Anda nikahi adalah wanita biasa. Dia mau dinikahi lantaran berpikir bahwa Anda adalah laki-laki yang mampu membimbing dan melengkapi segenap cela dan kekurangannya.
Maka jadilah suami yang pemaaf. Pahamilah tingkat kekeliruan istri dan sikapilah dengan bijak. Jangan berlebihan. Petakan dengan baik agar Anda bisa memberikan respons terbijak. Jangan lantaran salah setitik, kemudian Anda menghukumnya dengan sanksi sebelanga.
Saat istri melakukan salah, laki-laki akan memiliki kecenderungan mengeluarkan egonya. Merasa paling benar. Merasa bebas menyalahkan. Bahkan merasa punya hak untuk menimpakan hukuman. Padahal, yang paling tepat, Anda harus merasa menjadi pihak pertama yang meluruskan kesalahan istri, lalu melakukan serangkaian cara perbaikan.
Saat istri melakukan kesalahan itu pula, Anda sebagai laki-laki berkecenderungan untuk membandingkannya dengan wanita lain yang pernah Anda kenal. Baik ibu, tetangga, saudara-saudara perempuan, atau wanita lain di luar jalur keluarga; teman satu kantor, sahabat waktu kuliah, dan lain sebagainya.
Jangan sekali pun berkata kepada istri Anda, “Kamu gimana sih? Ngelakuin gini aja gak bisa! Coba belajar dengan si Fulanah. Dia bisa melakukan semuanya. Mandiri. Baik. Gak kayak kamu!”
Ketika Anda melontarkan kalimat ini, percayalah bahwa hati istri Anda telah hancur berkeping-keping, pikirannya kacau, dan kesehatan fisiknya pun akan mengalami tekanan yang amat berat. Kalimat yang Anda sampaikan itu, disadari atau tidak, merupakan racun efektif yang telah Anda masukkan ke dalam istri Anda.
Maka hindarilah. Maka jauhilah. Maka belajarlah kendalikan diri untuk tidak melakukannya, sepelik apa pun kesalahan yang dilakukan oleh istri Anda satu-satunya.
Jika pun harus membandingkan, kisahkanlah sejarah hidup wanita-wanita surgawi yang harum akhlaknya. Itu pun dengan bahasa hikmah, bukan bahasa perbandingan. Kisahkan tentang Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid yang setia dan taat pada suami, sampaikan kabar tentang Ummul Mukimin ‘Aisyah binti Abu Bakar yang pencemburu tapi membanggakan suami lantaran cerdas dan pesona cintanya.