Ketika rumah tangga yang kita jalani diterpa badai masalah tak usai-usai, apa jalan yang harus ditempuh untuk mendapatkan solusi? Bijakkah jika melibatkan orang tua (mertua) salah satu pasangan? Ataukah sebaiknya dinikmati sendiri tanpa campur tangan mertua atau pasangan?
Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu diundang ke rumah menantunya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Beliau diundang khusus, sebab ada persoalan rumit antara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dengan Ummul Mukminin ‘Aisyah, anak Abu Bakar ash-Shiddiq.
Setelah Abu Bakar sampai di rumah Nabi, manusia paling mulia ini bertutur kepada istrinya, “Wahai ‘Aisyah, siapakah yang akan menuturkan masalahnya lebih dahulu; engkau ataukah aku?”
“Katakanlah terlebih dahulu,” tutur ‘Aisyah binti Abu Bakar berikan kesempatan kepada sang suami, “asal katakan yang benar!”
Mendengar kalimat terakhir dari sang putri, sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq marah. Beliau tak kuasa menahan diri hingga memukul mulut putrinya sampai berdarah.
“Aisyah! Adakah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam menyampaikan perkataan yang tidak benar?!” seru Abu Bakar ash-Shiddiq. Emosional.
Dalam hadits mulia yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari Rahimahullahu Ta’ala dan dikutip oleh Ustadz Salim A. Fillah dalam buku Bahagianya Merayakan Cinta, Ummul Mukminin ‘Aisyah berlari ke belakang punggung Nabi. Beliau meminta perlindungan kepada suaminya.
“Ya Abu Bakar,” ungkap Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam seraya melindungi istrinya, “tidaklah kami mengundang engkau untuk melakukan hal itu. Dan aku tidak akan membalas hal yang demikian.”
Tiada satu pun suami yang lebih bijak tindakannya melebihi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Beliau melibatkan sang mertua sebagai penengah, hakim, sekaligus pemberi solusi. Ketika sang mertua membelanya-seraya menyalahkan istrinya-maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam justru bergegas membela istrinya dan mengingatkan mertuanya agar bersikap dengan adil sebagaimana niat awal dihadirkannya.
Dalam konteks rumah tangga yang kita jalani, ada saatnya untuk melibatkan mertua dalam konflik yang terjadi. Tentu dengan pertimbangan terbaik agar mertua bisa memberikan solusi, bukan memperparah persoalan.
Sebab tatkala pelibatan itu tidak tepat, kehadiran mertua bisa menjadi persoalan baru yang makin memperumit keadaan.
Tentu, jangan pula melibatkan mertua dalam semua masalah. Sebab dalam banyak kisah, masalah antara suami dan istri bisa selesai dengan mudah karena masing-masing pihak yang berkonflik memiliki kecenderungan untuk saling membutuhkan hingga masalah segera terselesaikan.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]
*Beli buku Bahagianya Merayakan Cinta tulisan Ustadz Salim A. Fillah di 085691548528